RADARSEMARANG.COM, PROSES pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan mengakibatkan proses pembelajaran berjalan statis. Peserta didik akan merasa cepat bosan terhadap pola pembelajaran yang dikembangkan.
Guru dituntut menerapkan model pembelajaran yang membuat peserta didik tertarik pada pelajaran sehingga merasa senang dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pengalaman yang sering penulis alami karena peoses pembelajaran kurang kondusif, motivasi peserta didik yang rendah sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Faktor yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran salah satunya pendekatan dalam pembelajaran. Belajar adalah proses membuat perubahan dalam diri peserta didik dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, berlangsung seumur hidup.
Model pembelajaran Make A Match merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Dengan cara mencari pasangan peserta didik dapat bekerja sama antar siswa, menciptakan kegembiraan dalam proses pembelajaran dan memunculkan gotong royong antar siswa.
Menurut Agus Suprijono (2012:94-96), Make A Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah dalam pembelajaran Make A Match adalah langkah pertama guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan.
Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Langkah kedua Mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut membentuk huruf U.
Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar berhadapan. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan soal dan jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.
Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
Langkah ketiga pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagai lain memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak mencari, mencocokan dan mendiskusikan pertanyaan jawaban. Berikutnya adalah masing-masing pasangan pertanyaan jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.
Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok.
Demikian halnya bagi peserta didik kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan jawaban. Berdasarkan kondisi seperti inilah guru menfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik menginformasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan dan jawaban dan melaksanakan penilaiannya.
Dengan proses pembelajaran metode Make A Match di SMPN 3 kaliwungu pada materi “Ekosistem” untuk pemahaman konsep peserta didik yang awalnya bersikap pasif dapat membuat peserta didik lebih aktif dan menjadi lebih antusias sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam memhami materi pelajaran IPA selain dengan pengamatan dalam laboratorium. (ra1/zal)
Guru SMPN 3 Kaliwungu