RADARSEMARANG.COM, PANDEMI Covid–19 sudah hampir 2 tahun melanda Republik Indonesia, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi semua pembelajaran dilaksanakan secara daring (online). Sudah banyak dampak yang terjadi akibat wabah ini, salah satunya di dalam dunia pendidikan.
Kemendikbud menerbitkan Surat Edaran Nomer 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh. Dengan adanya pembelajaran daring, guru dan peserta didik sama-sama belajar untuk memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran daring dengan berbagai keterbatasan kemampuan, sarana dan prasarana berupa handphone, laptop, dan jaringan bagi guru dan siswa serta kemampuan yang masih terbatas dalam pemanfaatan teknologi membuat pelaksanaan pembelajaran daring harus tetap diupayakan berjalan agar proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik tidak terganggu.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan melakukan berbagai upaya dalam memberikan materi pelajaran, salah satunya seperti menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui media Grup Whatsapp, Google Classroom, dan aplikasi belajar online lainnya. Untuk pembelajaran secara sinkronus guru juga memanfaatkan media Google Meet serta Zoom Cloud Meeting Saat ini banyak sekali sumber belajar online serta konten ilmu yang terdapat di internet.
Kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam PJJ juga turut dirasakan oleh guru, seperti tidak memiliki HP android, paket data, dan sinyal serta jaringan. Kendala tersebut bisa menjadi hambatan dalam proses pembelajaran , akan tetapi guru tentu memaklumi keadaan tersebut dan memberikan solusi serta jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik agar peserta didik tetap bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan maksimal.
Tugas dapat diambil dan dikumpulkan di sekolah pada saat kondisi aman dengan syarat tetap mematuhi protokol kesehatan. Gangguan jaringan atau sinyal dengan memberikan rentang waktu pengerjaan yang lebih lama sehingga pengerjaan tugas tidak menjadi beban berat untuk peserta didik.
Proses pembelajaran secara daring baru pertama kali dirasakan oleh pendidik di Negara Indonesia tercinta sejak tahun 2019 hingga sekarang , walaupun untuk saat ini sudah ada beberapa sekolah yang melaksanakan pembelajaran dengan blanded learning (50 % online dan 50 % offline).
Keadaan ini menuntut para pendidik untuk dapat lebih mengembangkan kemampuannya dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi atau lebih sering dikenal dengan kemampuan komputernya. Sudah tidak asing lagi banyak sekolah mengundang beberapa pembicara untuk mengajarkan cara memberikan materi yang efektif di era pandemi Covid – 19 seperti saat ini.
Ada berbagai banyak aplikasi yang dapat mendukung pembelajaran online, salah satunya yaitu google meet. Google meet merupakan salah satu sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh pendidik untuk tetap dapat menyampaikan materi meskipun hanya melalui dunia maya dan tidak bisa bertatap muka secara langsung.
Google meet merupakan sarana yang kedua setelah google classroom, dimana google classroom merupakan tempat bagi guru dan siswa untuk memberikan dan menerima materi maupun ujian.
Kami memberikan keputusan seperti itu diantaranya karena memang sebagian besar siswa SMP Negeri 15 Surakarta hampir merupakan GaKin (Keluarga Miskin). Jadi, para guru tidak tega ketika akan melaksanakan Google Meet karena pulsa untuk Gmeet itu sendiri juga lebih banyak dibandingkan dengan Google Classroom.
Para guru biasanya melakukan Gmeet ketika hari Jumat yang biasanya di hari itu untuk pembinaan serta media untuk temu kangen guru dan murid (say hello) agar guru bisa saling mengenal murid begitu juga sebaliknya dan murid bisa saling mengenal dengan teman satu sama lainnya. Selain untuk penguatan karakter, biasanya guru sendiri juga memberikan motivasi kepada siswa – siswinya agar tetap semangat belajar walaupun masih belum bisa bertemu tatap muka secara langsung. (pr2/zal)
Guru SMPN 15 Surakarta