RADARSEMARANG.COM, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada semua aspek kehidupan. Dalam menghadapi perubahan tersebut perlu mempersiapkan generasi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Guru perlu meyakinkan semua siswa memiliki pengetahuan, keterampilan, etika dan nilai-nilai kehidupan yang dapat memperkuat tekad siswa dalam menghadapi tantangan masa depan. Keterampilan yang perlu dimiliki adalah keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains memberikan peran penting dalam kehidupan global.
Menurut Martin et al., (2001) dalam Rauf et al., (2013) pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses sains memberikan kesempatan untuk siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menggunakan informasi secara kreatif ketika melakukan pengamatan, membedakan, mengatur dan menganalisis fakta atau konsep.
Memberikan alasan untuk hasil tertentu, melakukan evaluasi dan menafsirkan hasil. Membuat kesimpulan dan membuat prediksi apa yang akan terjadi jika sesuatu diubah. Melalui keterampilan proses sains membantu siswa mengembangkan ide-ide sederhana dan membentuk ide-ide baru, menemukan informasi yang bermakna.
Pandemi Covid-19 membuat guru dan siswa SMA Negeri 5 Magelang melakukan pembelajaran secara tatap muka terbatas. Pembelajaran di kelas hanya dapat diikuti oleh 50 persen dari jumlah keseluruhan siswa di kelas. Alokasi waktu yang diberikan hanya 30 menit untuk 1 jam pelajaran. Alhasil guru hanya menargetkan ketercapaian kurikulum melalui metode ceramah di kelas.
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yaitu pembelajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru (Hamalik, 2001). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat kesanggupan/perkembangan, serta pemahaman siswa.
Penggunaan metode ceramah tanpa melibatkan interaksi siswa mengakibatkan siswa kurang berperan aktif untuk membangun dan menemukan sendiri konsep-konsep biologi melalui cara ilmiah (proses sains). Siswa cenderung hanya manghafalkan fakta-fakta dari buku, bukan hasil menemukan (inquiry) serta membangun sendiri pengetahuannya melalui proses belajar.
Pembelajaran biologi di SMA seharusnya dilaksanakan untuk melatih dan mengembangan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains dasar penting dimiliki oleh siswa agar dapat diterapkan di bidangnya masing-masing.
Para ilmuwan melakukan penemuan baru tanpa menguasai fakta dan konsep, karena penguasaan konsep dan fakta terlalu banyak akan menghambat daya cipta mereka untuk menemukan hal baru.
Berikut ini merupakan enam jenis keterampilan proses sains: keterampilan mengamati, komunikasi, klasifikasi, mengukur, menyimpulkan dan memprediksi. Keterampilan tersebut merupakan landasan untuk menerapkan metode ilmiah (Dewi, 2009).
Pembelajaran di kelas diharapkan menekankan pada pembelajaran aktif, peer learning, inquiry dan pemecahan masalah melalui berbagai strategi pembelajaran. Pembelajaran dilakukan berpusat pada siswa dan meminimalkan pengajaran langsung dari guru.
Hasil studi intensif mengenai pola pembelajaran dan pemahaman yang dilakukan oleh Suhandini (2003) diperoleh bahwa proses pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik seperti yang diajarkan.
Lebih lanjut Nurhadi (2002) mengatakan pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti hanya mampu mengantarkan siswa mengingat materi pelajaran dalam waktu yang relatif pendek, siswa tidak memahami dan mengetahui secara mendalam.
Pengetahuan yang didapat hanya bersifat hafalan menyebabkan anak mudah lupa, sehingga gagal dalam membekali siswa kemampuan untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian di Amerika dan juga beberapa sekolah di Indonesia penggunaan model flipped classroom menjelaskan bahwa siswa memiliki motivasi tinggi, kreativitas meningkat, tanggung jawab meningkat, siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan nilai akademik lebih bagus dibandingkan menggunakan cara belajar tradisional (Suyanto, 2020).
Penulis menerapkan model flipped classroom atau kelas terbalik diawali dari siswa belajar melalui video pembelajaran di rumah, kemudian di kelas digunakan untuk diskusi kelompok dan kegiatan interaktif lainnya.
Ada dua hal penting membalik kelas: pertama, siswa secara fisik di dalam kelas untuk pembelajaran aktif, kedua, siswa harus siap untuk setiap sesi dengan menonton video sebelum pembelajaran. Guru perlu mengingatkan kepada siswa bahwa mereka tidak akan berkontribusi pada pembelajaran tanpa persiapan (Mok & Mok, 2014).
Menurut Baytiyeh (2017) (dalam Qiang, 2018) flipped classroom menggambarkan kelas terbalik yang fokus pengajaran terpusat pada siswa, hal yang dilakukan di kelas dilakukan di rumah dan kegiatan program dipindah ke kelas.
Adhitiya, et al (2015) mengatakan model pembelajaran flipped classroom memiliki kelebihan antara lain: pertama, siswa dapat mengulang-ulang video tersebut sehingga ia benar-benar memahami materi. Kedua, siswa dapat mengakses video tersebut dari manapun asalkan memiliki sarana yang cukup bahkan bisa disalin melalui flasdisk dan didownload.
Ketiga efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi apapun dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Keempat, siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan memanfaatkan video pembelajaran yang diberikan sehingga mendukung semangat belajar.
Penggunaan model flipped classroom di SMA Negeri 5 Magelang pada siswa kelas X tahun pelajaran 2021/2022 selama PTM terbatas menumbuhkan kerja sama dan keterampilan proses sains pembelajaran metode ilmiah. (lm1/lis)
Guru Biologi SMAN 5 Magelang