RADARSEMARANG.COM, Meskipun vaksin Covid-19 sudah dilaksanakan, tetapi proses belajar masih masuk 50 persen, cukup membuat siswa jenuh, tidak antusias dalam proses belajar.
Pendidik dituntut kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar, tidak sekadar memberikan materi dan tugas tanpa adanya penjelasan. Kreatif dalam merancang skenario pembelajaran jarak jauh, inovatif dalam pemanfaatan teknologi dan metode pembelajaran terkini pada masa pandemi.
Pendidik harus mampu membuat cara yang tepat, untuk memotivasi siswa dalam belajar. Penulis yang mengajar kelas IX SMP menerapkan model pembelajaran hybrid learning sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hybrid learning sebagai campuran dari teknologi e-learning dan multimedia di antaranya seperti streaming video, kelas virtual, teks animasi online yang dikombinasikan dengan bentuk-bentuk pembelajaran di kelas Thorne (2013).
Sementara menurut Dwiyogo (2012) yaitu suatu model pembelajaran yang menggabungkan tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi yang mana dapat diakses secara online maupun offline. Model pembelajaran tersebut memiliki kesamaan dengan e-learning.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran hybrid learning mempunyai 3 komponen penting yaitu online, pembelajaran tatap muka, dan belajar mandiri. Mengapa hybrid learning? Pada bulan Januari ini, meskipun sebagian besar siswa sudah vaksin, teapi masih ada kekhawatiran untuk satgas Covid-19, karena bermunculan Covid-19 varian baru. Materi-materi bahasa Inggris di awal semester 2 ini masih menggunakan 50 persen tatap muka, 50 persen daring menggunakan google classroom dan komunikasi dengan siswa.
Menggunakan WhatsApp Group. Materi dan penjelasan dibagikan melaui video pembelajaran dengan aplikasi YouTube dan Google Drive. Pada saat pembelajaran terbatas guru mengulang materi yang sudah dibagikan di Google Classroom dan Google Drive.
Hal ini untuk mengatasi kesulitan belajar belajar siswa melalui tayangan presentasi dan video pembelajaran. Pada kesempatan itu juga siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi dan penugasan yang dirasa belum paham.
Selain menerima penjelasan langsung dari guru, kesempatan pembelajaran tatap muka digunakan oleh siswa untuk mengumpulkan tugas mandiri yang ditugaskan pada saat pembelajaran daring. Sedangkan penilaian harian dilaksanakan secara daring melalui tautan Google Form.
Siswa dapat mengetahui nilai begitu jawaban disubmit. Pelaksanaan berjalan dengan baik. Kendala jaringan internet atau kuota paket data yang mengakses pembelajaran daring sering dialami beberapa siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut siswa diminta datang ke sekolah, bertemu langsung dengan guru untuk diberikan penjelasan secukupnya. Sedangkan bagi siswa yang tidak mampu memiliki handphone atau smartphone sekolah memberikan pinjaman tablet selama hampir satu setengah tahun.
Singkatnya permasalahan atau kendala sarana prasarana dapat teratasi.Tantangan yang sulit diatasi dalam waktu yang terbatas justru masalah internal siswa. Yaitu kemalasan dan ketidakdisiplinan dalam melakukan pembelajaran daring.
Untuk mengatasi permasalahan ini, guru harus rajin berkunjung baik baik secara daring melalui video call maupun langsung home visit bersama guru BK dan satgas covid sekolah. Motivasi diberikan bukan hanya kepada siswa tetapi juga pada orang tua.
Kesempatan memotivasi lebih sering dilakukan guru saat siswa hadir di sekolah dalam kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas. Di sinilah guru menjalankan peran selaku pendidik, bukan hanya pengajar yang mentransfer ilmu. Guru juga memberikan motivasi dan menanamkan karakter disiplin, tanggung jawab dan mandiri pada siswa.
Dengan kondisi ini model pembelajaran hybrid learning dianggap efektif untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat diatasi bukan hanya saat daring tetapi lebih efektif saat tatap muka terbatas. Bukan hanya motivasi belajar, namun prestasi siswa diharapkan meningkat. (nov1/lis)
Guru SMPN 1 Gubug, Grobogan