RADARSEMARANG.COM, Kurikulum 2013 memberikan alokasi waktu yang berkurang untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Sekarang untuk bahasa Inggris wajib hanya diberikan dua jam setiap minggun. Sedangkan pada kurikulum sebelumnya porsi yang diberikan lebih banyak yaitu empat jam pelajaran.
Seperti kita ketahui bahwa penguasaan suatu bahasa itu memenuhi empat keterampilan yaitu keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Harapannya semua keterampilan itu bisa dikuasai oleh semua siswa dengan baik. Namun fakta membuktikan bahwa sebagian besar siswa yang sudah lulus mempunyai kemampuan berbicara yang sangat terbatas.
“A Moment With Engsih” adalah sebuah strategi yang penulis lakuan selama empat tahun di SMA Negeri 8 Purworejo ketika masih kegiatan belajar tatap muka. Strategi ini dikategorikan sebagai bagian dari Ice Breaker namun penulis memberi nama sendiri dengan “A Moment With Engsih” agar lebih mengena dengan maksud penulis. Ice breaker adalah pemecah situasi kebekuan pikiran atau fisk siswa (Sunarto, 2012: 3).
Sedangkan M. Said (2011: 1) berpedapat Ice breaker adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok. Ringkasnya “A Moment With Engsih” adalah sebuah kegiatan berbicara dalam bahasa Inggris dengan waktu yang terbatas yang dilaksanakan pada setiap awal pembelajaran oleh dua atau tiga orang siswa dalam setiap pertemuannya.
Strategi ini memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk berbicara sesuai dengan kemampuannya tanpa ada koreksi langsung baik dari segi pengucapan (pronunciation), tata bahasa (structure), pilihan kata (diction) dan lainnya dari guru atau temannya, semua hanya bertindak sebagai pendengar. Hal ini dilakukan untuk mencapai dua target.
Target pertama adalah untuk membangun rasa percaya diri (self confident). Pengalaman membuktikan bahwa jika seseorang sedang dalam proses belajar berbicara bahasa Inggris kemudian dia mendapatkan banyak koreksi atas setiap kalimat atau kata yang diucapkan maka hal ini akan menimbulkan penurunan atau bahkan mungkin kehilangan rasa percaya diri sehingga apa yang seharusnya keluar melalui lisannya sebagai hasil usaha belajarnya akan terpotong atau tidak keluar sama sekali.
Target kedua adalah rangkaian dari target pertama yaitu meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris (speaking). Keberhasilan dari target pertama, timbulnya rasa percaya diri akan membawa siswa pada posisi peningkatan kemampuan berbicaranya. Jangan lupa memberikan pujian atas hasil usahanya dan juga melontarkan beberapa pertanyaan yang ringan berupa joke (candaan) yang bisa menurunkan ketegangan bagi si pembicara.
Pengetahuan tentang pengucapan (pronunciation), tata bahasa (structure), pilihan kata (diction) dan lainnya diperoleh dari penampilan temannya. Harapannya ketika temannya sedang berbicara di depan kelas maka siswa yang lain belajar darinya. Siswa akan paham posisi dia dengan melihat kemampuann temannya, apakah dia lebih baik atau sebaliknya.
Perlu beberapa persiapan untuk melaksankan strategi ini. Yang pertama adalah siapa yang akan tampil untuk pertemuan berikutnya. Hal ini untuk memungkinkan siswa lebih siap dalam berbicara. Yang kedua berikan aturan penampilan yang bisa dilakuan seperti menyanyi, bercerita, memberikan game untuk teman dan sebagainya. Yang ketiga adalah berikan topik tertentu, misalnya untuk kelas X kita bisa memilih introduction pada awal pembelajaran dan My Idol untuk kelas XI.
Pada awal penampilan siswa mungkin agak sedikit kurang menarik, tetapi selanjutnya guru akan bisa melihat betapa bersemangatnya siswa dalam menikmati kegiatan ini setelah beberapa kali penampilan. Suasana menjadi menarik, karena baik yang berbicara maupun yang mendengarkan sangat terlihat antusias. Pada akhirnya terbentuk rasa percaya diri yang dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya. (p8/lis)
Guru SMA Negeri 8 Purworejo
