RADARSEMARANG.COM, PROSES pembelajaran merupakan interaksi antara dua arah dalam suatu lingkungan, yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterapilan, maupun nilai sikap (Winkel, 1991).
Proses pembelajaran pada saat ini mengacu pada kurikulum 2013 yang berprinsip siswa aktif dalam pembelajaran dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Namun dalam penerapanya guru seringkali mengalami kendala dalam proses pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berjalan efektif perlu adanya strategi yang tepat.
Strategi pembelajaran merupakan pola kegiatan pembelajaran yang digunakan guru secara kontekstual, dan menyesuaikan dengan karakterisitik siswa, kondisi sekolah, lingkungan serta tujuan pembelajaran (Anitah,2018).
Strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran experiental learning. Pada model tersebut pembelajaran dilakukan dengan menyatukan pengetahuan, keterampilan, dan nilai melaui pengalaman secara langsung (Purnami dan Rohayati, 2016).
Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa adalah matematika. Matematika merupakan ilmu tentang logika dan lebih menekankan pada dunia rasio atau penalaran. Obyek dalam ilmu matematika bersifat abstrak, hal tersebut menjadikan matematika dianggap sulit. Sehingga dalam memahami konsep matematika akan lebih mudah apabila bersifat konkret.
Model pembelajaran experiental learning penulis terapkan pada mata pelajaran matematika materi kecepatan, jarak dan waktu di kelas 5 SD Negeri 1 Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Karena pembelajaran matematika materi kecepatan, jarak dan waktu berkaitan erat dengan pengalaman langsung.
Model pembelajaran Eksperiental Learning terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengalaman nyata, tahap observasi, tahap konseptualisasi, dan tahap implementasi.
Pada penerapanya guru membagi siswa dalam 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.
Tahap pengalaman nyata guru memberikan stimulasi sebagai pemicu pembelajaran yang mengaitkan pengalaman langsung. Pada tahap observasi guru meberikan tabel observasi kepada setiap kelompok yang beriskan jarak, waktu, dan kecepatan.
Setelah itu guru menyiapkan lintasan yang telah diketahui jaraknya kemudian meminta perwakilan 1 setiap kelompok untuk melintasi lintasan dengan kecepatan yang berbeda mulai dari berjalan, jalan cepat, dan berlari, anggota lainya mengobservasi dan menghitung waktu yang diperlukan untuk melintas dengan menggunakan stopwatch kemudian mencatat hal yang diperlukan kedalam tabel.
Pada tahap konseptualisasi guru meminta siwa untuk berdiskusi tentang hasil observasi yang diperoleh serta mengawasi proses diskusi, pada tahap ini siswa akan menghubungkan hasil observasi dengan konsep materi kecepatan, jarak, dan waktu yang telah dipelajari.
Andil guru sebagai fasilitator akan sangat terasa pada saat proses diskusi berlangsung karena siswa akan bertanya yang berkaitan dengan konsep. Tahap terakhir yaitu tahap implementasi, yaitu siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi secara singkat dan mengimplementasikan hasil observasi dimana siswa kan mengetahui kecepatan setelah observasi dilakukan, secara tidak langsung konsep dari materi akan dipahami oleh siswa.
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model experiental learning siswa lebih aktif dan bersemangat. Tentunya juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh penulis. Namun kenadala tersebut tetap dapat diatasi dengan baik oleh pendidik.
Berdasarkan hasil penerapan model pembelajaran eksperiental learning siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran. Siswa juga tidak merasa bosan selama pembelajaran. selain itu pembelajaran dengan model experiental learning sesuai dengan prinsip kurikulum 2013, serta meningkatkan kreativitas guru dalam kegiatan belajar mengajar. (nov1/zal)
Guru SDN 1 Campurejo, Temanggung
