RADARSEMARANG.COM, Di era pandemi Covid-19 sekarang ini menjadi sejarah baru di dunia pendidikan. Pembelajaran harus berlangsung secara online atau daring. Dengan kondisi pandemi Covid-19 ini guru dituntut lebih kreatif, inovatif, dan mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru sekarang ini.
Pembelajaran bermakna pada mata pelajaran IPA harus tetap terlaksana yakni pembelajaran tidak hanya sekadar konsep dan teori, tetapi harus melibatkan semua kemampuan yang dimiliki siswa.
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007:39).
Pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Banyurojo 1, Mertoyudan, Magelang pada semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 pada Kompetensi Dasar 3.7 tentang sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya mengajarkan penguasaan fakta, konsep, dan prinsip tentang alam. Tetapi juga mengajarkan cara memecahkan masalah, melatih kemampuan berpikir kritis, dan mengambil kesimpulan. Namun pada saat proses pembelajaran IPA walaupun dikemas secara tematik hasilnya belum memuaskan.
Berdasarkan hasil penilaian harian di kelas IV SD Negeri Banyurojo 1, Mertoyudan, Magelang pada mata pelajaran IPA KD. 3.7 sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan rendahnya perolehan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Data yang diperoleh siswa dengan persentase ketuntasan hanya 47 persen dengan nilai rata-rata kelas 66.
Hal tersebut mengindikasi bahwa KD. 3.7sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari belum mencapai nilai rata-rata KKM sebesar 75.
Munculnya masalah tersebut karena pembelajaran yang dilakukan hanya pemberian soal melalui WA grup sehingga kurang menarik perhatian siswa. Siswa tidak memiliki motivasi belajar dan tidak diberi kebebasan berpikir kritis, berkreasi, dan berinovasi.
Berdasarkan kondisi tersebut penulis berupaya mengatasi masalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Pembelajaran ini dilakukan secara kelompok dengan dua tinggal dua tamu yang bisa dilakukan melalui aplikasi WA dengan mengeksplorasi segenap fiturnya.
Menurut Agus Suprijono (2012:93) model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran kepada siswa. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray secara virtual dapat dirinci sebagai berikut: pertama, secara virtual melalui WA grup siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri empat siswa. Kedua, masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi secara virtual tentang sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari, guru membantu kelompok jika ada yang belum dipahami tentang materi tersebut. Ketiga, setelah diskusi usai, dua orang dari masing-masing kelompok secara virtual meninggalkan kelompoknya untuk bertamu secara virtual begitu pula kelompok yang lain.
Anggota kelompok yang tidak bertugas menjadi tamu berkewajiban menerima tamu kelompok lain secara virtual. Keempat, tugas tuan rumah dalam kelompok adalah menyajikan hasil diskusinya kepada tamu yang datang secara virtual. Sedangkan tugas tamu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi hasil diskusi kelompok tuan rumah.
Kelima, jika sudah cukup mendapatkan informasi tentang materi, anggota kelompok yang bertamu menyampaikan secara virtual informasi yang diperoleh kepada kelompoknya sendiri. Keenam, anggota yang bertugas sebagai tamu maupun sebagai penerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja secara virtual.
Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray secara virtual yang tepat menjadikan siswa semangat, termotivasi, antusias mengikuti pembelajaran IPA. Dan meningkat hasil belajar mata pelajaran tersebut. Terbukti setelah penulis menerapkan model pembelajaran tersebut siswa lebih semangat dan 98 persen siswa mencapai nilai ketuntasan minimal. (mn1/lis)
Guru SDN Banyurojo 1 Mertoyudan, Kabupaten Magelang