RADARSEMARANG.COM, Maju mundurnya suatu negara sangat tergantung pada generasi muda. Untuk mencetak generasi muda yang cerdas merlukan pendidikan. Pendidikan yang paling efektif adalah melalui lembaga pendidikan. Dalam proses pendidikan semua mata pelajaran saling mendukung. Mata pelajaran sejarah ikut andil dalam pembentukan karakter peserta didik.
Menurut Bapak Sejarah Dunia dari Yunani, Herodotus, historia vitae magistra yang artinya sejarah adalah guru kehidupan.
Ir Soekarno menerjemahkan menjadi jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Yang menjadi masalah bagi guru sejarah adalah mata pelajaran sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik.
Guru sejarah berusaha memilih metode yang menarik bagi peserta didik. Salah satunya ialah menggunakan metode role playing atau bermain peran. Metode role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986).
Model pembelajaran role playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan dengan memerankan tokoh pada suatu peristiwa. Sedangkan menurut Santoso (2011), bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Dengan metode role playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu.
Belajar yang efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat dari diri peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Jadi, dalam pembelajaran peserta didik harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas dari peserta didik maka pelajaran akan membosankan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran role playing : pertama, guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan KBM.
Kedua, guru membentuk kelompok peseta didik yang anggotanya lima orang. Ketiga, guru memberikan penjelasan kompetensi yang akan dicapai. Keempat, guru memanggil peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario, masing-masing peserta didik berada dalam kelompoknya sambil mengamati skenario yang akan diperagakan. Kelima, setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk memberikan penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
Keenam, masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, guru menyampaikan kesimpulan secara umum, bersama-sama peserta didik mengevaluasi tokoh-tokoh yang diperankan peserta didik.
Keunggulan metode role playing, dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama karena merupakan pengalaman yang menyenangkan, sangat menarik bagi peserta didik sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan antusias, membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri peserta didik serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
Sedangkan kelemahannya, bermain peran memerlukan waktu yang banyak, peserta didik sering mengalami kesulitan untuk memerankan secara baik. Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung. Jika pesera didik tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak semua materi pelajaran dilakukan dengan metode ini.
Metode role playing/bermain peran dapat mendorong peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi, lebih lama mengingat materi pelajaran. Dan lebih menghayati materi pelajaran karena menyenangkan. Langsung memerankan tokoh dan menyaksikan tokoh dalam peristiwa tersebut. Sehingga prestasi belajar peserta didik di SMA Negeri 8 Purworejo bertambah banyak yang di atas KKM. (p8/lis)
Guru SMA Negeri 8 Purworejo