RADARSEMARANG.COM, Menulis berkaitan erat dengan membaca. Namun untuk membudayakan kegiatan membaca sebuah tulisan banyak siswa yang memilih menyerah terlebih dahulu. Apalagi gempuran media sosial dengan basis video dan gambar santer kita dapati akhir-akhir ini.
Orang lebih suka melihat berita melalui YouTube daripada membaca artikel di media massa online. Banyak yang berpendapat jika melihat gambar bergerak jauh lebih mengasyikkan daripada melihat tulisan.
Hal ini sah-sah saja, mengingat kita terlalu banyak diberi kemudahan dan kenyamanan oleh perkembangan IT. Di sisi lain hal ini menguntungkan, namun di sisi lain hal ini juga menjadi sebuah jebakan.
Materi teks eksposisi diajarkan di kelas X. Mengutip dari pendapat Keraf (1995: 7) eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberitahuakan dan memberi informasi mengenai suatu objek tertentu. Wacana jenis ini sama sekali tidak mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat pembacanya.
Sejalan dengan pengertian di atas maka modal utama untuk menulis sebuah teks eksposisi adalah pengetahuan penulisnya.
Kendala terbesar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Wiradesa, Kabupaten Pekalongan adalah minimnya budaya literasi. Siswa seringkali abai terhadap situasi terkini yang sedang terjadi.
Jangankan mengomentari, mengerti tentang isu hangat yang sedang terjadi di kota kelahirannya sendiri saja tidak. Hal ini yang menjadi dasar pengembangan pembelajaran melalui sebuah teknik permainan.
Belajar menggunakan permainan sangat menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Joan Freeman dan Utami Munandar (Andang Ismail, 2009: 16) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Anak yang berada dalam situasi hati yang senang akan jauh lebih mudah dalam mengungkapkan ide dan juga perasaan. Maka salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan menulis teks eksposisi bagi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan adalah dengan menggunakan teknik permainan “Siapa Aku?”.
Permainan ini menggunakan gambar sebagai dasar permainan. Secara berpasangan siswa diberi gambar dengan berbagai tema. Ada gambar biola yang mewakili hobi, ada gambar gunung yang mewakili lingkungan, ada gambar polisi yang mewakili pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Semua siswa wajib menjelaskan gambar-gambar tersebut. Agar mempermudah proses menjelaskan objek maka siswa diberi pancingan yakni dengan meminta mereka menjawab pertanyaan “Siapa Aku?” dalam sepuluh kalimat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa dipersilakan membaca, atau melihat cuplikan berita baik di YouTube, ataupun di media online lainnya.
Pernyataan-pernyataan yang mereka peroleh dari berbagai sumber kini harus mereka laporkan dalam bentuk laporan yang disajikan dalam media power poin dengan menggunakan latar gambar objek tersebut.
Hasilnya target awal yang hanya sepuluh kalimat kini berkembang menjadi berpuluh-puluh kalimat. Siswa merasa senang ketika mampu menemukan fakta-fakta terbaru yang berkaitan dengan objek yang mereka pilih.
Sebagian besar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Wiradesa memiliki handphone yang sudah terinstal dengan media power poin. Hal ini mempermudah mereka ketika membuat laporan maupun mempresentasikan di depan kelas.
Mengingat siswa zaman now lebih akrab dan praktis menggunakan handphone ketimbang laptop maupun PC, maka hasil laporan tersebut bisa dipresentasikan melalui grup WhatsApp. Hasil presentasi juga ditanggapi di grup WhatsApp. Belajar pun menjadi menyenangkan karena semua siswa akhirnya mau menyampaikan pendapatnya. (bk2/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Wiradesa, Kabupaten Pekalongan