RADARSEMARANG.COM, SAAT ini kondisi lingkungan di sekitar kita semakin memprihatinkan. Kesadaran akan kebersihan lingkungan masih rendah. Banyak anak-anak, remaja, bahkan orang tua terbiasa membuang sampah di sembarang tempat.
Hal ini menimbulkan sampah berserakan di mana-mana. Ketika hujan, sampah menyumbat saluran air, yang pada akhirnya dapat menimbulkan banjir. Pemandangan yang tidak seharusnya nampak di mata kita. Kondisi seperti ini tidak akan terjadi jika kesadaran terhadap lingkungan ditanamkan sejak dini.
Kegiatan-kegiatan pembiasaan peduli lingkungan perlu dilatihkan kepada siswa dengan bimbingan guru. Penanaman fondasi pendidikan lingkungan sangat penting, agar siswa memiliki pemahaman tentang lingkungan hidup.
Pada pasal 1 ayat 3 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019 tentang Penghargaan Adiwiyata disebutkan bahwa Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah yang selanjutnya disebut Gerakan PBLHS adalah aksi kolektif secara sadar, sukarela, berjejaring, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan hidup.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Gerakan Sasi Sahon sebagai salah satu alternatif kegiatan peduli lingkungan. Gerakan Sasi Sahon sudah mulai dilaksanakan di SD Negeri 1 Gandasuli Koorwilcam Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan. Sasi Sahon merupakan akronim dari satu siswa satu pohon.
Gerakan lain yang juga sudah dilaksanakan adalah Warga sekolah terutama siswa melakuakan kegiatan atau gerakan peduli lingkungan seperti membuat kompos, pemilahan sampah, pembuatan kerajianan dari bahan plastic bekas, dan lain-lain sehingga lingkungan sekolah atau sekitar sekolah terjaga kelestariannya.
Pemanfaatan barang bekas untuk kerajinan tangan, juga sebagai salah satu upaya pengurangan sampah, agar lingkungan bersih serta mendapatkan kerajinan yang bernilai seni juga ekonomi.
Adapun langkah-langkah gerakan Sasi Sahon adalah: Sekolah mensosialisasikan gerakan Sasi Sahon terhadap siswa dan orang tua siswa. Siswa diberi tugas untuk membawa satu pohon atau tanaman bisa berupa tanaman sayur, buah, tanaman obat, tanaman hias yang ada di sekitar rumah tempat tinggal; Guru mendampingi siswa dalam menanam/membudidayakan tanaman sayur, buah/tanaman pelindung di halaman sekolah.
Pendampingan dilanjutkan hingga pemeliharaan dan pemupukan tanaman hingga tanaman telah cukup kuat dan siswa mampu merawat tanaman secara mandiri. Gerakan Sasi Sahon dilaksanakan secara berkala setiap semester. Kegiatan dilaksanakan di awal semester 1 dan semester 2 di setiap tahun pelajaran. Harapannya setiap tahun tanaman atau pohon semakin bertambah jumlahnya dan beragam.
Pada dasarnya kegiatan bisa terlaksana, jika semua unsur saling mendukung. Kepedulian terhadap lingkungan, merupakan tanggung jawab bersama. Kegiatan Sasi Sahon yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan dapat menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan.
Diharapkan kegiatan Sasi Sahon menjadi salah satu pembiasaan yang bersifat permanen, sehingga pemanfaatan lahan di sekolah dapat dikelola dengan baik. Kebutuhan akan oksigen di sekolahpun tersedia dengan cukup. (pb1/zal)
Kepala SDN 1 Gandasuli, Purbalingga