31 C
Semarang
Wednesday, 18 June 2025

Penerapan Metode Hybrid Learning di Masa PTM Terbatas

Oleh: Yuliana Vidi Hapsari, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MASA pandemi Covid-19 di Indonesia memasuki level 2. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator kasus-kasus Covid-19 yang semakin menurun bahkan kasus aktif Covid-19 sudah berada di bawah angka 1.000 kasus per hari, meskipun testing dan tracing kasus Covid-19 terus meningkat. Begitu juga dengan tingkat keterisian di 140 rumah sakit rujukan Covid-19 yang semakin turun.

Dengan makin membaiknya kondisi di banyak wilayah kabupaten dan kota di Indonesia dalam penanganan Covid-19 maka dunia pendidikan juga mulai bersiap untuk memasuki masa new normal dalam bidang pendidikan. Beberapa sekolah ada yang sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan upaya menyelamatkan peserta didik di Indonesia dari resiko dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara berkepanjangan.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas menekankan beberapa peraturan salah satunya adalah jumlah hari dan jam pembelajaran tatap muka terbatas dengan pembagian rombongan belajar yang dapat ditentukan oleh satuan pendidikan dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan. Dengan adanya aturan ini maka tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran seluruh peserta didik dalam satu kelas.

Oleh karena adanya hal ini mungkin menerapkan metode Pembelajaran Hybrid/ Hybrid Learning dapat menjadi salah satu solusi pembelajaran di masa new normal saat ini.

Hybrid Learning adalah metode pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran tradisional dan nontradisional untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan memastikan pemberian kualitas pembelajaran yang baik bagi semua peserta didik.

Hybrid Learning bisa dilakukan dengan penjadwalan misal dengan setengah jumlah peserta didik belajar di sekolah dan setengahnya belajar di rumah secara online. Peserta didik akan bergantian pada hari berikutnya sehingga setiap dua hari sekali peserta didik akan mendapat pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Misalnya jumlah peserta didik 40 maka 20 anak per pertemuan tatap muka di kelas dan 20 anak sisanya pembealajaran online dari rumah demikian seterusnya secara bergantian.

Dalam artikel Hybrid Learning Solusi kekawatiran Belajar Tatap Muka Awal tahun 2021 oleh Kiki Fatmawati penerapan Hybrid Learning menekankan teori pembelajaran Keller, Gagne, Bllom, Meril, Clark dan Grey terdapat lima kunci penerapan proses pembelajaran hybrid yaitu pertama pembelajaran dilakukan secara langsung bisa juga dilakukan dalam waktu yang sama dengan tempat yang berbeda, ke-dua mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri yang memungkinkan peserta didik belajar di mana saja secara daring, ke-tiga adanya kolaborasi antara guru dengan siswa atau sesama siswa dalam kegiatan belajar mengajar, ke-empat guru harus mampu meracik jenis assesment daring atau luring dan yang ke-lima yaitu bahan belajar disiapkan secara digital agar mudah diakses peserta didik baik secara daring maupun luring.

Akan tetapi keberhasilan metode Hybrid Learning juga perlu memperhatikan peran orang tua dalam membimbing siswa di rumah pada saat daring, perlunya kedisiplinan dalam mengatur jadwal belajar karena jadwal dibagi sesuai rombel, jaringan internet yang setabil, dan kompetensi tenaga pendidik dalam menyajikan materi sehingga mudah diakses oleh peserta didik dan menarik.

Kendala yang ditemui dalam penerapan metode Hybrid Learning ini kiranya bukanlah penghalang bagi kita para pendidik untuk memberikan layanan pendidikan terbaik bagi peserta didik. Karena jika pemebalajaran hanya dilakukan hanya dari rumah secara penuh maka kendala yang ditemui akan semakin banyak.

Semoga akan selalu ada solusi baru yang tepat dari para pendidik untuk meminimalkan kendala yang ada pada metode Hybrid Learning ini. Seperti di SDN Muntilan 3, Kab. Magelang. (mn1/zal)

Guru SDN Muntilan 3 Kab. Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya