RADARSEMARANG.COM, Orang tua mempunyai peranan penting dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan pendidikan anak harus terpenuhi dengan dukungan orang tua. Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua menjadi salah satu kunci dukungan terhadap pendidikan anak. Jangan sampai anak mengalami dampak psikososial dan emosional orang tua. Sehingga menjadi bosan, stres atau tidak senang tinggal di rumah.
Komunikasi dua arah yang terjadi antara guru dengan orang tua harus diciptakan untuk menumbuhkan sikap saling percaya dan kerjasama dalam membimbing anak. Dengan begitu, akan membuat anak merasa memiliki dukungan dari berbagai pihak. Kondisi tersebut bisa diciptakan melalui kegiatan home visit.
Prayitno dan Erman Amti (2004: 324) menyebutkan terdapat tiga tujuan utama kunjungan rumah atau home visit. Yaitu memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa. Khususnya bersangkutan dengan keadaan rumah atau orangtua; menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya, serta membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.
Sementara Winkel (2005: 302) mengemukakan tujuan kunjungan rumah untuk lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari. Jika informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi.
Tugas guru tidak tidak hanya sekadar di sekolah. Tetapi juga di luar sekolah. Tugas ini sangat berat, karena tidak hanya mengubah peserta didik dari tidak bisa menjadi bisa. Namun harus bisa membantu peserta didik yang mengalami permasalahan menjadi menjadi terentaskan.
Home visit merupakan salah satu tindakan yang menjadi solusinya. Sehingga kepala sekolah tentu selalu mendukung kegiatan dalam rangka untuk membantu peserta didik. Beberapa hal yang menjadikan pertimbangan diperlukannya home visit, yaitu jika: pertama, permasalahan yang dihadapi peserta didik ada kaitannya dengan masalah keluarga. Kedua, keluarga sebagai salah satu sumber data yang dapat dipercaya tentang keadaan peserta didik. Ketiga, dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerjasama dengan orang tua. Keempat, faktor situasi keluarga memegang peranan penting. Kelima, peserta didik hanya bisa diajak berkomunikasi kalau tempatnya di rumah.
Bagi peserta didik yang hanya bisa diajak berkomunikasi kalau tempatnya di rumah seperti yang dialami oleh peserta didik di SMA Negeri 8 Purworejo, maka home visit dilakukan tidak hanya dalam menggali data (fungsi pemahaman). Tetapi sekaligus dimanfaatkan untuk memberikan layanan konseling dalam rangka mengentaskan permasalahan yang dialami peserta didik tersebut (fungsi pengentasan). Sebab, layanan konseling tidak memungkinkan dilakukan di sekolah. Untuk peserta didik dengan kondisi seperti tersebut kadang memerlukan kegiatan home visit beberapa kali sampai permasalahan yang dialami betul-betul tuntas.
Orang tua sangat beruntung bila didatangi guru dalam rangka melakukan Home Visit. Jadi mereka harus menyambut baik karena bisa memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan konsultasi tentang cara mendampingi anak agar bisa mencapai perkembangan yang maksimal. Mencegah timbulnya permasalahan pada anak serta membangun komitmen untuk ikut serta bertanggung jawab dan bekerja sama menangani masalah pada anak
Guru bimbingan konseling yang profesional selalu memanfaatkan home visit untuk menjadi sarana dalam menyelesaikan permasalah siswa. Baik permasalahan pribadi, bidang sosial, bidang belajar maupun bidang karir.
Jangan sampai terjadi yang sebaliknya. Setelah melakukan home visit dengan mendapat data yang lengkap justru mengusulkan Kepala Sekolah agar peserta didik tersebut untuk dikeluarkan. Hal itu merupakan indikator bahwa guru bimbingan konseling tersebut tidak profesional. Sebab, kegiatan yang dilakukan kontraproduktif. (p8/fth)
Kepala SMA Negeri 8 Purworejo