RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran aksara Jawa sering dianggap sulit dan membosankan. Dari beberapa kajian dan pengalaman lapangan yang pernah dilakukan para guru bahasa Jawa membuktikan bahwa pembelajaran aksara Jawa paling tidak disukai oleh peserta didik. Peserta didik banyak yang tidak tertarik, karena dianggap terlalu sulit dan membosankan.
Hal ini menjadi tantangan bagi guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa. Guru harus bisa berinovasi agar pembelajaran yang disampaikan di kelas dapat direspons aktif oleh siswa. Guru harus berani mencoba berbagai metode pembelajaran supaya materi aksara Jawa tidak lagi menjadi materi pembelajaran yang dihindari oleh para siswa.
Seperti halnya pembelajaran bahasa Jawa di SMA Negeri 5 Magelang.
Penggunaan beberapa media dan model sudah pernah dicoba dan diterapkan di kelas, agar pembelajaran bisa menarik dan menyenangkan. Dari beberapa media pembelajaran yang sudah pernah diterapkan, ternyata pembelajaran aksara Jawa dengan menggunakan media komik dan game online dapat membuat siswa aktif dan tidak bosan.
Pembelajaran bahasa Jawa menggunakan media komik dan game ini sudah pernah dilakukan oleh penulis dalam kegiatan lesson study yang dilakukan oleh beberapa guru di SMA Negeri 5 Magelang, dengan didampingi mentor dosen Untidar Magelang yaitu Drs Rangga Asmara, M.Pd.
Dalam pembelajaran aksara Jawa open class guru menggunakan model discovery learning dengan media pembelajaran teks aksara Jawa serta quizizz. Discovery learning adalah model pembelajaran yang menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pengalaman belajar secara aktif yang akan membimbing peserta didik untuk menemukan dan mengemukakan gagasannya terkait topik yang dipelajari (Arends, 2015:402).
Pada tahapan ini guru memberikan stimulus dengan menggunakan teks aksara Jawa, lalu dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai teks aksara Jawa tersebut. Selanjutnya guru mempersilakan peserta didik untuk mengerjakan tugas kelompok alih tulis teks aksara Jawa ke huruf Latin.
Dalam kegiatan kerja kelompok ini, setiap kelompok diawasi oleh seorang observer. Di sini teridentifikasi beberapa siswa masih pasif dalam kegiatan kerja kelompok karena mereka merasa kesulitan dan tidak tertarik dengan teks aksara Jawa yang disajikan. Sehingga tugas kelompok hanya diselesaikan oleh beberapa siswa saja.
Untuk kegiatan refleksi, guru memberikan quizizz yang dikerjakan oleh setiap siswa secara individu. Di sini terlihat siswa lebih antusias dalam mengerjakan soal, dibanding pada saat mereka mengerjakan tugas kelompok. Pada minggu berikutnya saat redesain, guru masih menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan media komik aksara Jawa serta game online.
Pada tahap stimulus, guru menggunakan komik aksara Jawa, yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Ternyata sesi tanya jawab mendapat respons bagus dari siswa. Mereka berlomba-lomba adu cepat untuk membaca teks yang terdapat dalam komik aksara Jawa.
Setelah sesi tanya jawab selesai, guru memberikan penugasan kelompok yaitu mengalih tulis teks dialog yang ada dalam komik aksara Jawa ke dalam huruf Latin. Dalam kerja kelompok ini, masing-masing kelompok diawasi oleh seorang observer.
Sesuai pengamatan observer, tenyata dengan menggunakan media komik aksara Jawa bisa membuat peserta didik tertarik dan penasaran dengan isi teks beraksara Jawa yang terdapat dalam komik. Dengan didorong rasa ingin tahu yang tinggi, hal ini menjadikan diskusi kelompok menjadi hidup dan menarik.
Berbekal kemampuan yang berbeda-beda dalam membaca aksara Jawa, mereka bekerja sama menggabungkan aksara Jawa agar bisa dibaca utuh. Gambar di sini ternyata sangat membantu siswa menebak apa sebenarnya yang dibicarakan oleh tokoh dalam komik beraksara Jawa tersebut.
Pada tahap refleksi, guru memberikan game untuk kegiatan individual, dan ternyata game aksara Jawa ini juga direspons positif oleh para siswa. Mereka berlomba-lomba adu cepat dalam menyelesaikan game yang diberikan guru.
Ternyata pembelajaran aksara Jawa bisa menjadi tidak membosankan bagi peserta didik, jika guru mampu membawa pembelajaran itu menjadi lebih menarik. Media-media di sekitar kita juga bisa kita manfaatkan untuk mendukung pembelajaran. (mn1/lis)
Guru Bahasa Jawa SMAN 5 Magelang