32 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Temanja, Permudah Siswa Belajar Bahasa Jawa

Oleh : Tri Asmi Maslikhah, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pendidikan merupakan hal yang wajib bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, sumber daya manusia akan semakin berkembang. Oleh karena itu, maju atau tidaknya suatu negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan di negara tersebut.

Pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pendidikan formal terjadi di sekolah, pendidikan informal berlangsung di lingkungan keluarga dan pendidikan nonformal di lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal memiliki peran penting dalam usaha untuk memajukan kualitas pendidikan.

Di sekolah para siswa akan di ajarkan beberapa kegiatan pembelajaran yang terpadu dalam paket tema serta beberapa mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Dalam kegiatan pembelajaran Tema, terdapat beberapa muatan pelajaran yang terkandung di dalamnya seperti bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Seni Budaya dan Prakarya (SBdP).

Sedangkan mata pelajaran yang diajarkan antara lain matematika, PJOK, agama, serta muatan lokal yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jawa.

Untuk materi tematik, pemerintah memberikan porsi jam yang lebih panjang dibandingkan waktu belajar mata pelajaran yang hanya berkisar sekitar beberapa jam saja per mata pelajaran per minggunya.

Apalagi untuk mata pelajaran muatan lokal seperti bahasa Jawa yang merupakan mata pelajaran penting mengandung kearifan lokal yang seyogyanya bisa dipelajari dengan baik demi melestarikan budaya Jawa.

Namun, pembelajaran bahasa dan sastra Jawa di sekolah dasar (SD) masih memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari Kurikulum 1975 hingga KTSP dan kini berganti lagi menjadi Kurikulum 2013. SK Gubernur Jawa Tengah No. 423. 5/ 5/ 2010 yang menegaskan pentingnya pembelajaran bahasa dan sastra Jawa dan mewajibkan penyelenggaraannya di tingkat dasar hingga menengah.

Pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk mengembangkan kompetensi kemampuan berbahasa Jawa baik lisan maupun tulisan dalam rangka melestarikan bahasa Jawa. Empat kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Namun faktanya di lapangan, kondisi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa saat ini belum juga mengalami kemajuan yang berarti.

Untuk aspek membaca, menyimak, dan berbicara, pemerintah seringkali menyelipkan materi bahasa Jawa krama serta materi sastra wayang. Anak-anak zaman sekarang, di tengah arus kemodernan banyak yang mengalami kesulitan memahami keduanya. Bahasa Jawa yang dulu menjadi bahasa ibu, sekarang mulai luntur. Anak lebih akrab telinganya dan lebih lincah lidahnya melafalkan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa.

Pun terhadap materi sastra Jawa berupa kisah wayang, yang dulu dikisahkan turun temurun oleh nenek moyang, tapi kini telah tergerus zaman. Anak kurang mengenal kisah wayang, sastra Jawa penuh filosofi.

Penulis sebagai guru merasa terpanggil untuk membuat metode pembelajaran menarik demi meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Jawa. Guru membuat metode pembelajaran Temanja, yang artinya Tembang Materi Bahasa Jawa dan diterapkan di kelas 5 SDN Bumiayu Kajoran Magelang. Materi bahasa Jawa yang terkesan sulit kemudian dibuat dalam bentuk tembang atau lagu, seperti lagu tokoh wayang beserta nama ksatriannya (kerajaannya), nama abdi Pandhawa yaitu Punakawan.

Kemudian belajar bahasa krama dengan lagu via mencari sumber di internet, dan lain sebagainya. Pembelajaran bahasa Jawa yang dikemas dengan metode Temanja ini menjadi lebih menyenangkan dibanding metode konvensional yang biasa saja.

Guru perlu menghadirkan pembelajaran yang menyenagkan bagi siswa. Seperti mengutip pendapat dari E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Hal ini penting agar siswa merasa nyaman belajar sehingga ilmu yang disampaikan mudah diserap oleh murid.

Kini belajar bahasa Jawa di sekolah terasa lebih menyenangkan. Anak menikmati kegiatan pembelajaran karena belajar sambil bernyanyi. Hati gembira, nilai hasil belajar pun meningkat.

Mari ciptakan kegiatan pembelajaran asyik dan menyenangkan demi meningkatkan hasil belajar siswa-siswi di sekolah. Anak punya hak belajar dengan gembira, jangan sampai anak takut mempelajari sesuatu hanya karena guru mendesain pembelajaran yang kurang kreatif. (pm2/lis)

Guru SDN Bumiayu Kajoran Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya