RADARSEMARANG.COM, Membaca menurut KBBI adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Adapun metode membaca yang mudah untuk dipelajari oleh anak-anak yaitu metode membaca tanpa mengeja.
Metode belajar tanpa mengeja yang ditemukan oleh Intan Noviana. Intan Noviana (April, 2008) menyebutkan kemampuan membaca adalah kebutuhan bagi anak, terutama bagi anak yang akan masuk ke sekolah dasar.
Dalam teknik belajar membaca ini, anak tidak diajarkan membaca, namun anak diajak untuk bermain, menggambar dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang disukai anak-anak.
Dalam metode ini, dilarang mengenalkan huruf, karena hal tersebut dapat membebani anak. Anak hanya dikenalkan suku kata, istilah suku katapun tidak disebutkan namun diganti dengan istilah nama.
Penulis sebagai guru kelas 1 SD Negeri 02 Wisnu, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang menerapkan pembelajaran membaca tanpa mengeja. Kenggulan mengajar membaca dengan metode tanpa mengeja menurut Intan Noviana, M.Si (2008: 1 – 72) antara lain siswa aktif.
Artinya hanya dengan diberi contoh membaca judulnya saja siswa bisa belajar membaca dengan mandiri. Guru bisa menerapkan sistem asistensi. Dengan bantuan siswa lain yang sudah lebih lancar membaca.
Dengan memiliki modul buku belajar mengeja tanpa membaca, siswa bisa belajar sendiri di rumah dengan bantuan orang tua. Dengan demikian siswa bisa dapat lebih cepat mampu membaca. Guru harus memahami sintaks pembelajaran membaca tanpa mengeja agar keberhasilan proses belajar mengajar bisa tercapai.
Adapun sintaks pembelajaran membaca tanpa mengeja tersebut dilarang keras mengeja (dibaca langsung), jangan memperkenalkan kepada siswa huruf demi huruf tapi langsung dibaca setiap suku katanya. Pada tahap 1 tidak ada pemisah huruf. Kecuali bila sebelumnya siswa sudah mengenal huruf. Guru hanya memberikan contoh bahan ajar pokoknya saja (judulnya saja). Apabila siswa belum lancar maka jangan dilanjutkan.
Siswa boleh naik ke pelajaran berikutnya apabila sudah benar-benar lancar.Untuk menghidari kejenuhan guru sebaiknya memiliki buku pendamping karena dalam buku pendamping ini disediakan lagu-lagu dan tepuk-tepuk yang dapat menggugah semangat siswa.
Menyanyi atau nyanyian adalah salah satu hal yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak.
Pada kondisi masih belia yang perbendaharaan bahasanya masih sangat terbatas ini bahasa nada justru lebih mudah mereka “kunyah” daripada bahasa kata- kata (verbal) membuat mereka dituntut mengernyitkan dahi dan bersusah payah untuk memahami maknanya. Sedang bahasa bahasa nada justru akan membawa pada berbagai suasana riang, syahdu sedih, semangat, bahagia dan lain- lain.
Di bawah ini, ada beberapa lagu-lagu gubahan untuk menggugah semangat anak untuk belajar membaca. Syair dinyanyikan dengan menggunakan lirik Pelangi (bacalah belajarlah baca, jangan takut mencoba, jangan takut salah kita harus mencoba,kita pasti bisa belajar belajar belajar baca).
Syair dinyanyikan dengan menggunakan lirik Kasih Ibu (aku mau membaca buku, tetapi aku belum bisa, kini kucoba untuk membaca, biar aku kuasai dunia barang siapa mau belajar baca ,mari baca tanpa mengeja, buka bukumu, janganlah kau ragu, karena buku jendela dunia).
Syair dinyanyikan dengan menggunakan lirik Balonku (aku gemar membaca, karena ku ingin bisa, tak perduli kusalah ,kusudah berusaha, siapa belum baca dan siapa belum bisa pasti akan menyesal karena tak belajar). (*/lis)
Guru SDN 02 Wisnu, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang