33 C
Semarang
Saturday, 10 May 2025

Memotong Tuntas Cara Belajar Konvensional dengan Jigsaw

Oleh : Humam Kustanto, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, “ANAK-anak duduk yang baik di bangku kalian jangan ada yang bergerak dan tidak boleh ada yang berbicara lalu perhatikan baik-baik penjelasan Pak/Bu guru, setelah itu salin semua tulisan yang ada di papan tulis pada buku kalian!”.

Kata-kata serperti itu mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita yang lahir di era tahun 70 sampai dengan 80an terlebih masa-masa masih duduk di bangku SD. Walaupun tidak semuanya mungkin ada beberapa guru kita yang masih mengajar dengan kebiasaan seperti itu. Namun demikian kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada guru-guru kita yang menggunakan metode mengajar seperti itu.

Yang menjadi masalah adalah jika saat ini di era milenial yang serba digital dan canggih masih ada pendidik yang masih menggunakan metode konvensional atau pembelajaran dengan komunikasi satu arah seperti sekolah-sekolah pada zaman kolonial Belanda dahulu tentu sangatlah naif kedengarannya dan tidak sedikit orang-orang jawa pada khususnya akan mengomentari dengan kata “hora.. umum…”.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan kebijakan Mas Menteri kita dengan program besarnya yaitu Merdeka Belajar. Peserta didik diharapkan diberi kemerdekaan sepenuhnya dalam belajar dan menggali potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing untuk kemudian dikembangkan semaksimal mungkin.

Kegiatan pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru melalui kegiatan bercerita atau berceramah, akan mengakibatkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi menjadi rendah (Uno, 2012: 75). Berdasarkan pendapat salah satu ahli tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa proses belajar mengajar tidak boleh hanya berpusat pada guru saja tetapi peserta didik juga harus dilibatkan secara aktif.

Salah satu pengalaman penulis dalam dalam mengajar yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam muatan pelajaran matematika materi bangun datar pada sekolah tempat penulis mengajar yaitu siswa kelas 5 SD Negeri Treko 2 Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Sesuai dengan istilahnya, Jigsaw dapat diartikan sebagai alat pertukangan yang cara kerjanya adalah berjalan maju dan mundur.

Proses pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe Jigsaw ini, mula-mula peserta didik dibagi menjadi 4 – 5 kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang yang selanjutnya disebut dengan kelompok asal. Tiap orang dalam kelompok asal diberi sub topik yang berbeda. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok asal masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.

Dengan kegiatan pembelajaran tersebut semua peseta didik yang ada di kelas mendapatkan tugas sendiri-sendiri sebagai seorang ahli sub topik tertentu dan bertanggungjawab atas tugasnya itu dalam menguasai materi yang selanjutnya berkewajiban menjelaskan pada rekannya di kelompok asal. Suasana kelas sangatlah ramai dengan riuh diskusi kelompok dan debat argumentasi saat presentasi haasil diskusi.

Dalam hal ini guru sudah bukan lagi menjadi pusat belajar tetapi cukup memantau dan mengarahkan kegiatan peserta didik. Semua konsep tentang materi ajar ditemukan sendiri oleh peserta didik berdasarkan diskusi kelompok. Hal ini tentu akan menjadi pengalaman yang sangat luar biasa bagi mereka dan diharapkan konsep ilmu yang mereka dapatkan akan membekas sepanjang masa.

Berdasarkan pengalaman tersebut penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat dijadikan salah satu referensi untuk menambah variasi dalam proses belajar mengajar supaya peserta didik tidak merasakan jenuh dan termotivasi untuk belajar. (pm2/zal)

Guru SDN Treko 2, Kab. Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya