RADARSEMARANG.COM, Pada saat ini pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan online. Keharusan memanfaatkan media online sebagai salah satu alternatif sarana pembelajaran. Dan tantangan yang lain adalah menumbuhkan ketertarikan belajar peserta didik karena pembelajaran dilakukan di sekolah dan di rumah.
Peserta didik semestinya tidak hanya dituntut belajar sosiologi tetapi juga harus mampu memahami keilmuannya dan mengaplikasikan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan mendasar saat ini adalah peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. Muncul kejenuhan sehingga hasil belajar yang dicapai belum sesuai harapan.
Permasalahan yang sama juga terjadi di kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Wonosegoro pada saat belajar materi tentang Bentuk-bentuk dan Upaya Pemecahan Konflik Sosial. Di mana pada akhirnya sebagian besar peserta didik memperoleh nilai yang rendah.
Agar diperoleh hasil belajar sesuai harapan, diperlukan variasi dalam metode dan model pembelajaran. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif, menarik, dan menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu pembelajaran yang menurut penulis tepat untuk diterapkan adalah pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter.
Istilah dokumenter dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti dokumentasi (2002:272). Sedangkan tokoh-tokoh film dunia semisal Jhon Grierson yang mengkritisi film dokumenter pertama karya Robert Flatherty berjudul Moana pada tahun 1926 mengatakan “karya film dokumenter merupakan sebuah laporan aktual yang kreatif”.
Istilah tersebut kemudian berkembang dan ditambahkan oleh Rosalind C. Morris yang mengatakan film dokumenter berdasar pada nilai kebenaran dan faktualitasnya. (Apip, 2012) Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik.
Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh atau kehidupan hewan dipadang rumput dan sebagainya. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling sulit sekalipun. Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat film sehingga disebut film dokumenter. (Morrisan, M.A, 2008)
Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan media film dokumenter adalah pembelajaran dengan menayangkan film dokumenter kemudian peserta didik bisa melihat dan menganalisisnya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter materi Bentuk-bentuk dan Upaya Pemecahan Konflik Sosial pada kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Wonosegoro dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : pertama, mempersiapkan film dokumenter yang berkaitan dengan materi Bentuk-bentuk dan Upaya Pemecahan Konflik Sosial. Kedua, share film dokumenter di Google Classroom.
Ketiga, peserta didik diberi kesempatan untuk melihat dan menganalisis film dokumenter dengan diawali deskripsi materi tentang Bentuk-bentuk dan Upaya Pemecahan Konflik Sosial dari guru. Keempat, siswa diminta untuk memberikan pendapatnya. Kelima, guru memberi komentar dari pendapat peserta didik dan mulai menjelaskan materi serta bersama siswa menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil penilaian proses pembelajaran, pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter membuat peserta didik lebih mudah memahami materi. Peserta didik dapat berlatih berpendapat dan menganalisis dari film dokumenter yang diberikan guru.
Peningkatan hasil belajar juga terlihat dari nilai post test yang lebih baik dibandingkan dengan penilaian sebelumnya. Akan tetapi pembelajaran dengan media film dokumenter memiliki kelemahan yaitu lebih membutuhkan waktu yang lama.
Terlepas dari kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini, pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter patut diaplikasikan dalam pembelajaran sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. (unw2/aro)
Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Wonosegoro, Boyolali