RADARSEMARANG.COM, BELAJAR adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, serta kebiasaan.
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan dalam diri seseorang yang berupa tingkah laku. Belajar juga bisa diartikan sebagai suatu aktivitas psikis (mental) yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap.
Jika guru ingin sukses dalam kegiatan belajar mengajar, maka harus menggunakan strategi yang baik dan disukai oleh siswa. Atau menggunakan metode yang disesuaikan dengan materi. Di samping itu juga harus memperhatikan dasar-dasar pemilihan strategi belajar dan kriteria pemilihan strategi pembelajaran.
Akan tetapi proses pembelajaran matematika di kelas lebih banyak menekankan kemampuan prosedural atau perhitungan, hanya mengandalkan “talk and chalk” yang berfokus pada latihan (drill). Menurut Subanji (2009, 38) saat ini masih banyak pengajar matematika (guru) yang menekankan pembelajaran pada prosedur.
Langkah-langkah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pengajar matematika: pertama, memberikan rumus/cara/prosedur berhitung atau menyelesaikan soal (bukan menurunkan rumus). Kedua, memberi contoh soal dan menyelesaikannya. Ketiga, memberikan soal yang mirip contoh dan siswa diminta menyelesaikannya. seperti yang dicontohkan pengajar. Keempat, siswa diminta mengerjakan soal di buku atau di LKS.
Pembelajaran matematika semacam ini, mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Saat ini peran guru sebagai pemberi ilmu, sudah saatnya bergeser menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
Dalam GI materi yang diberikan bukanlah barang jadi sehingga siswa dituntut bekerja secara aktif dalam kelompok untuk memecahkan masalah melalui penemuan dan investigasi terhadap suatu konsep. Mengingat pecahan di SD merupakan materi dasar, maka untuk memahami operasi pecahan dengan cara menginvestigasi sampai menemukan rumus umum akan sangat bermanfaat bagi siswa.
Strategi kooperatif GI (Group Investigation) telah diterapkan penulis untuk menunjang mata pelajaran tematik dalam muatan mata pelajaran IPA. Proses strategi GI adalah siswa diberi kebebasan untuk memilih kelompok dengan beranggotakan 2-6 orang, dimana tiap kelompok bebas untuk memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan guru, kemudian siswa membuat sebuah laporan kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dipamerkan kepada seluruh siswa untuk berbagi dan bertukar informasi atas temuan mereka.
Langkah-langkah pada model pembelajaran type investigasi group (Goup Investigation) secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut: mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas-tugas belajar secara bersama-sama dengan siswa dalam kelompoknya masing-masing, melaksanakan investigasi. Guru mengarahkan siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, menyiapkan laporan akhir.
Siswa menyiapkan rencana laporan sebagai bahan untuk dipresentasikan, mempresentasikan laporan akhir, evaluasi yaitu siswa berbagi informasi, ide, dan gagasannya kemudian guru memberi penguatan dengan mengevaluasi hasil kerja kelompok masing-masing dan menyimpulkan pelajaran.
Hasil penerapan GI di SDN Babalankidul kelas 4 akhirnya tercapai yaitu beberapa 60% siswa mampu meningkatkan kemampuan kreativitasnya. Adapun sisanya adalah dalam proses menempuh pengembangan kreatif menuju suatu kesadaran. (ct4/zal)
Guru SDN Babalankidul, Kab. Pekalongan