RADARSEMARANG.COM, Berbicara merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa. Kemampuan ini merupakan proses perubahan bentuk pikiran, perasaan atau ide menjadi wujud bunyi bahasa yang bermakna. Menurut Dunnet (1981), keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang didapatkan melalui training dan pengalaman dengan melaksanakan beberapa tugas.
Menurut Tagan (1985), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kepada orang lain melalui ujaran dengan bahasa lisannya.
Secara kasat mata berbicara itu adalah hal yang mudah namun apabila tidak dilatih, hal ini akan menjadi penghambat dalam berkomunikasi baik secara formal maupun informal. Terlebih dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai pendidik kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada siswa bila keterampilan berbicara tidak bagus. Hal ini mengakibatkan siswa hanya sebagai penyimak yang hanya diam tanpa suatu tanggapan. Keterampilan berbicara juga perlu dikuasai oleh peserta didik sebagai subjek dan objek pembelajaran.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kemampuan setiap orang harus diasah melalui program training atau bimbingan lain. Training didukung oleh kemampuan dasar yang sudah dimiliki seseorang dalam dirinya. Jika kemampuan dasar digabung dengan bimbingan secara intensif akan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri dan orang lain.
Oleh karena itu kurikulum pembelajaran sebaiknya dikemas untuk mengaktifkan peserta didik berani berbicara agar kemampuan berbicaranya menjadi lebih baik.
Pendidik berusaha menciptakan berbagai pengalaman yang memungkinkan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya.
Seperti kegiatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Yaitu melakukan study banding di SDN Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Tujuan dari study banding yaitu menerapkan konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan yang berbeda untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berbicara.
Adapun kegiatannya dengan cara menimba pengalaman baru dari tempat lain agar menambah cakrawala berpikir. Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melihat dan mencoba secara langsung proses pembuatan gerabah dan melihat orang-orang berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Sehingga mereka mampu mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan.
Peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang tentunya belum pernah didapatkan di sekolah. Dari sini timbul rasa ingin tahu dan akhirnya terpancing untuk bertanya. Sebelumnya peserta didik diberi motivasi agar mereka berani melakukan wawancara, berinteraksi secara langsung dengan orang yang baru dikenal untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Hal inilah yang diharapkan dari study banding. Peserta didik juga diberi tugas pada hari berikutnya untuk menceritakan pengalaman mereka selama mengikuti kegiatan. Satu per satu mereka bercerita dari awal kegiatan sampai akhir dengan sangat antusias dan percaya diri, dan juga saling melengkapi cerita.
Pengalaman belajar yang menarik akan membantu peserta didik mengungkapkan ide-ide yang mereka pikirkan. Biasanya ketika pendidik meminta anak untuk berbicara di depan kelas masih ada beberapa anak yang tetap tidak mau maju karena merasa kurang menguasai materi dan kurang percaya diri.
Tetapi kali ini semua anak berani untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman mereka. Sehingga tidak ada lagi anak yang hanya sebagai penyimak dan pendengar saja.
Dengan kegiatan study banding ini, peserta didik merasa senang dan bisa mendapatkan ilmu baru secara nyata. Selain itu kemampuan berbicara semakin meningkat, dapat berfikir kritis dan proses pembelajaran pun bisa lebih aktif. Pada akhirnya ketercapaian dalam meningkatkan kemampuan berbicara bagi peserta didik meningkat. (ms1/lis)
Guru SDN Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang