RADARSEMARANG.COM, Penerapan berbagai model pembelajaran pada masa pandemi dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Pandemi memaksa pembelajaran dilakukan dengan memberlakukan pembatasan kontak fisik guna pencegahan penularan virus, sehingga pembelajaran dilakukan secara jarak jauh.
Namun, dengan perubahan kondisi lokal setiap wilayah yang semakin membaik, izin pembelajaran tatap muka semakin diperluas. Meskipun dengan jumlah siswa serta tenaga pendidik yang dibatasi datang ke sekolah. Keadaan ini menjadikan sekolah menerapkan model pembelajaran yang menggabungkan antara tatap muka di kelas dan pembelajaran jarak jauh.
Salah satu model pembelajaran yang diberlakukan adalah model pembelajaran blended learning. Menurut Gamer & Oke (dalam Hendarita, Yane: 2015) blended learning merupakan lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran online untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Ketika pembelajaran blended learning ini diterapkan maka bisa mengatasi pemberlakuan pembelajaran tatap muka yang masih terbatas. Artinya dapat menjembatani pelaksanaan pembelajaran untuk sebagian siswa yang diperbolehkan mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah dan juga bagi mereka yang masih tetap mengikuti pembelajaran jarak jauh dari rumah.
Pemberlakuan pembelajaran tatap muka terbatas, lebih ditekankan untuk guru menerapkan metode project based learning. Grant (dalam Nurhayati, Sri, dan Harianti, Dwi: 2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Pada model pembelajaran berbasis proyek, peserta didik tidak hanya memahami konten. Tetapi juga menumbuhkan keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan penyelidikan. Keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
Mata pelajaran Geografi pada materi kelas XII salah satunya membahas desa dan kota. Salah satu bagian pentingnya adalah peserta didik dapat memahami dan menganalisis ciri-ciri maupun interaksi desa dan kota. Pembelajaran materi desa-kota dengan metode pembelajaran berbasis proyek salah satunya dengan penugasan untuk analisis potensi wilayah.
Masing-masing peserta didik dapat membangun pengertian dan memahami konten tentang ciri-ciri wilayah masing-masing. Baik yang berupa desa maupun kota berdasarkan penggalian materi dari berbagai sumber. Berdasarkan pemahaman yang telah mereka dapatkan tersebut, peserta didik dapat mengeksplorasi dengan mengidentifikasi ciri-ciri wilayahnya secara detil, baik secara fisik, nonfisik, dan struktur keruangan wilayahnya.
Analisis lebih lanjut, peserta didik dapat menentukan dan menggali potensi wilayah mereka masing-masing dari pengumpulan berbagai informasi yang mereka dapat. Bahkan peserta didik diharapkan dapat menentukan saran dan rekomendasi bagi wilayahnya untuk mengembangkan potensi wilayah yang potensial.
Hasil kerja peserta didik dibuat dalam bentuk laporan singkat berupa presentasi dengan bukti dokumen dan gambar sebagai lampirannya. Sedangkan kemampuan presentasi peserta didik dapat dilakukan secara langsung di kelas bagi yang melakukan tatap muka di sekolah.
Adapun bagi peserta didik yang masih mengikuti pembelajaran tatap muka dapat melakukan presentasi melalui video yang dapat di-upload melalui kelas daring. Dari proyek yang telah dilaksanakan ini diharapkan peserta didik dapat menggali kemampuan mereka untuk learning by doing sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna karena dibangun berdasarkan pengalaman mereka. (rs1/lis)
Guru SMA Negeri 1 Subah, Kabupaten Batang