27 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Pembelajaran Gerak Dasar Senam Ritmik Siswa SD dengan Metode Jigsaw

Oleh: Achmad Zaim Anwar, S. Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) sebagai bagian integral dari pendidikan memiliki tugas yang unik yaitu menggunakan “gerak” sebagai media membelajarkan siswa.

Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang menuntut kreativitas dan perencanaan yang matang agar tujuan pembelajaran berhasil dengan baik.

Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran, maka sebelum melaksanakan pambelajaraan sebaiknya mempersiapkan rencana pembelajaran yang dikemas secara hirarki guna memberikan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Tujuan mapel penjasorkes sendiri agar peserta didik memiliki tujuh kemampuan. Yakni, pertama, mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

Kedua, meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. Ketiga, meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. Kempat, meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai- nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Kelima, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, bekerja sama, percaya diri, dan demokratis. Keenam, mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Ketujuh, memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Guru akan merasa puas apabila di akhir pembelajaran peserta didik dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SD terdapat banyak materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang ada, antara lain sepak bola, permainan bola kecil, atletik, senam, dan lain-lain. Senam merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila dilakukan dengan berbagai variasi yang sesuai teknik. Jenis senam juga bermacam-macam, antara lain senam lantai, gerak dasar senam ritmik, senam ketangkasan, senam artistik, dan lain-lain.

Semua materi senam tersebut terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru memilih materi senam ritmik (senam irama) dengan alasan karena menurut penulis kurangnya minat guru penjasorkes di sekolah dasar untuk mengajarkan materi senam ritmik kepada siswanya. Banyak alasan mengapa hal ini bisa terjadi, di antaranya adalah kurangnya strategi untuk mengajarkan senam ritmik kepada siswa agar senam ritmik lebih menarik dan menyenangkan.

Kurangnya variasi dalam menyampaikan pembelajaran membuat siswa merasa jenuh, sehingga mengurangi minat siswa untuk mempelajari senam ritmik. Dengan berkurangnya minat siswa, maka hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam memperoleh hasil belajar yang sesuai kriteria.

Dengan menggunakan metode cooperative learning diharapkan guru dapat menggali kemampuan siswa secara penuh, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi senam ritmik. Ada banyak metode dari model cooperative learning, di antaranya STAD (Student Teams Achievement Division), Tim Ahli (jigsaw), Investigasi Kelompok (Group Investigations), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), dan Teams Games Tournament (TGT). Dari sekian banyak metode cooperative learning, guru menentukan untuk menggunakan metode jigsaw. Karena model cooperative learning metode jigsaw menekankan pada kerja sama antar anggota kelompok untuk memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran metode jigsaw ini, siswa satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 atau 6 orang (kelompok asal). Setelah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, kemudian guru membagi lagi ke dalam kelompok terpisah sesuai dengan nomor urut yang didapat pada kelompok asal untuk menjadi kelompok ahli. Kelompok ini untuk mendapat tugas dan mempelajari materi yang diberikan guru sesuai kelompoknya masing-masing. Kemudian menyampaikan hasil diskusinya dengan kelompok ahli kepada kelompok asal. Dengan kata lain, penggunaan metode jigsaw dalam proses penyampaian materi mengubah posisi guru yang semula sebagai poros atau utama. Siswa dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan materi pembelajaran. (agu1/aro)

Guru SD Negeri Tritis, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya