RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran IPA atau sains pada hakikatnya adalah suatu produk, proses, sikap, dan teknologi. Sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, melainkan terlibat aktif dalam pembelajaran seperti menemukan sesuatu pengetahuan, membuktikan pengetahuan melalui suatu percobaan, dan menyimpulkan hasil pengetahuan tersebut. Meski begitu, pembelajaran sains saat ini harus menerapkan literasi sains dalam kegiatan pembelajarannya.
Dalam penerapan literasi sains pada pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD), khususnya di kelas rendah terintegrasi ke dalam muatan pelajaran bahasa Indonesia. Selama ini literasi sains dalam pembelajaran IPA sebagian besar masih terbatas pada materi buku ajar atau teks saja. Hal ini menyebabkan pelajaran sains kurang menarik dan membosankan, yang pada akhirnya siswa kurang memahami pembelajaran.
Bahkan kegiatan pembelajaran tidak menyentuh jiwa peserta didik. Metode ceramah yang digunakan juga kurang relevan yang menyebabkan peserta didik hanya menjadi pendengar yang pasif. Padahal pada tingkatan SD, karakteristik peserta didik berada dalam tahap berpikir operasional konkret. Oleh sebab itu, guru harus dapat memilih media konkret yang sesuai untuk diterapkan berdasarkan kondisi dan kebutuhan peserta didik sehingga mereka dapat menerima dan memahami pengetahuan yang diajarkan.
Tidak hanya dengan menggunakan media konkret, tetapi seharusnya pembelajaran sains dilakukan dengan metode yang interaktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan literasi sains dalam pembelajaran, yaitu dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, peserta didik diajak untuk melakukan pengamatan dan kegiatan ilmiah sederhana karena peserta didik dapat berinteraksi langsung, sehingga pembelajaran sains dapat diserap secara sempurna. Di samping itu, peserta didik dapat pula diarahkan untuk memunculkan pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah sederhana, dan mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka amati secara langsung.
Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah pembelajaran yang bersifat kontekstual, dengan konsep belajar aktif guru menghadirkan tiruan dunia nyata ke dalam kelas dan membimbing peserta didik membuat hubungan keterkaitan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi IPA di kelas dua adalah wujud benda yaitu benda padat, benda cair, dan benda gas. Guru dapat menghadirkan media konkret yang menarik sekaligus menjelaskan ketiga wujud benda beserta sifat/cirinya, yakni dengan membuat aquascape sederhana di kelas.
Aquascape adalah seni menghias tanaman di dalam air yang dipadukan dengan penempatan objek batu, kayu, pasir, dalam tempayan sehingga membentuk ekosistem air tawar. Dalam tempayan tersebut ada ikan kecil, tanaman, serta pompa saringan atau filter kecil untuk menghasilkan oksigen agar sirkulasi udara dalam air tetap baik.
Pompa/filter tersebut dapat memompa air untuk dialirkan kembali dalam bentuk pancuran kecil dan atau mengeluarkan gelembung udara. Selain terkesan alami, aquascape ini dapat dijadikan sumber belajar IPA tentang wujud benda karena komponen di dalamnya terdapat contoh benda padat, benda cair dan benda gas, sekaligus menyajikan beberapa ciri/sifat dari ketiga wujud benda tersebut. Misalnya, contoh benda padat batu, kayu, pasir, tempayan, filter, selang. Contoh benda cair adalah air dan contoh benda gas adalah gelembung udara yang dihasilkan dari pompa/filter. (ra2/ida)
Guru SD Muhammadiyah Plus, Salatiga