RADARSEMARANG.COM, Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, beberapa di antaranya yaitu harus memiliki bakat sebagai guru.
Harus memiliki keahlian sebagai guru, memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, memiliki mental yang sehat, berbadan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, guru adalah manusia berjiwa Pancasila dan guru adalah seorang warga negara yang baik.
Permasalahan yang dihadapi guru SDN Kajongan guru kelas 6 di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah peserta didik kurang berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
Pengalaman penulis sebelum masa pandemi berupaya melakukan Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk beberapa materi pada mata pelajaran tematik. Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Berbeda dengan model pembelajaran ceramah biasa, dimana peran pengajar sangat dominan sementara peserta didik hanya menjadi objek untuk mendengarkan, sehingga hanya sebagian kecil siswa saja yang mampu memahami serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa lainnya terkesan pasif dan enggan untuk bertanya, menjawab maupun menanggapi.
Pada model pembelajaran TGT peran peserta didik lebih dominan untuk dapat memahami serta memecahkan persoalan dibandingkan dengan peran pengajar. Peserta didik dituntut untuk mampu menggali serta memahami materi secara mendalam baik secara individu
maupun tim.
Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), pada tahap pertama yaitu presentasi kelas, guru menekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa agar lebih siap dalam mempelajari konsep materi sekaligus menekankan pada siswa bahwa pada pembelajaran kooperatif, belajar adalah memahami arti bukannya menghafal.
Presentasi kelas dalam metode pembelajaran TGT berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini guru hanya beberapa saat memberi penguatan selanjutnya siswa harus penuh perhatian, karena apa yang dipelajarinya akan diterapkan dalam kuis, dan skor kuis mereka akan memberikan skor kelompoknya. Pada tahap kedua yaitu pembagian kelompok dilanjutkan dengan kegiatan kelompok, empat atau lima orang siswa belajar di dalam kelompok (yang merupakan gabungan dari berbagai tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan etnis) setelah guru menyampaikan pelajaran (bahan bacaan).
Siswa bekerja di dalam kelompok dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, disini siswa harus tetap berada dalam timnya, mengajukan pertanyaan kepada tim sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru, memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim dan berbicara dengan pelan dan sopan. Selanjutnya dalam turnamen, tiga atau siswa yang setara dan mewakili kelompok berbeda bersaing dalam turnamen.
Ranking teratas kelompok satu bertanding dengan ranking teratas kelompok yang lain, demikian juga dengan ranking kedua sampai terendah, dengan demikian setiap siswa berkesempatan meraih sukses karena lawan tandingnya sepadan. Dari kompetisi antar kelompok ini masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan angka kepada kelompoknya. Kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak keluar sebagai juara dan berhak mendapatkan penghargaan.
Metode pembelajaran dengan menggunakan model TGT dikatakan berhasil jika siswa yang mendapatkan nilai dan penerapan strategi pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terbukti efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. (ct3/ton)
Guru Kelas 6 SDN Kajongan Kec. Kajen Kab. Pekalongan