Oleh: Siti Atminah
RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid 19 melanda Negeri ini tak terasa sudah dua tahun lama, pandemi yang melumpuhkan diberbagai sektor tak terkecuali sektor pendidikan. Siswa yang selama ini menjalani pendidikan dan pembelajaran dengan tatap muka langsung kini dengan adanya pandemic covid 19 berubah total pelaksanaan pembelajaran, dari tatap muka menjadi daring atau dengan pembelajaran jarak jauh, hal ini akan memunculkan masalah baru didunia pendidikan.
Imbas dari pelaksanaan adalah sangat komplek yaitu dari siswa sendiri mengalami penurunan penerimaan mata pelajaran hal ini disebabkan kendala internal dan ekstenal dari internal sikap mental dari siswa yang sudah mulai jenuh terhadap pelaksanaan pembelajaran jarak jauh karena dalam pelaksanaanya pembelajaran jarak jauh menuntut kreatifitas dan kesanggupan siswa untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan langsung dari media sosial atau google classroom.
Disamping itu siswa sudah mulai beralih aktifitasnya yaitu mulai mengalihkan proses pembelajaran menjadi proses onlineisasi game online hal ini akan mengubah sikap dan perilaku siswa yang menjurus ke rasa malas belajar, enggan membuka google classroom dari sisi orang tua ternyata beban orang tua semakin komplek dengan penambahan aktifitas orang tua disamping mencari pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari kini bertambah dengan pengawasan ke anak anak dalam belajar di rumah apalagi saat kebuntuan saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru rasanya orang tua sudah tidak sanggup lagi menjalani hal hal seperti itu.
Kenapa demikian? Karena sebagian orang tua siswa adalah pekerja dan berekonomi lemah ke bawah sehingga dalam membantu anak-anaknya dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan sudah tidak mampu membantu,belum lagi penguasaan teknologi seperti ini merupakan barang yang sangat baru dan tidak mungkin untuk dipelajari oleh orang tua siswa, selain itu juga beban finansial orang tua juga bertambah karena pemenuhan kuota internet yang dibutuhkan oleh anak anaknya.
Kendala lain yang dihadapi siswa adalah konektivitas internet yang kurang memadai walaupun kuota sudah dipenuhi tetapi tidak bisa dihindari factor geografi tempat tinggal yang sulit dijangkau oleh internet.
Dari kendala- kendala diatas solusi dari Pemerintah adalah menayang TV edukasi yang ditayangkan setiap hari di Televisi Republik Indonesia yang menayangkan sebuah program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan TVRI pada pertengahan bulan April 2020.
Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan guru. Kelebihannya peserta didik tinggal menonton dari TVRI didampingi orangtuanya untuk meringkas materi yang disampaikan.
Kekurangannya adalah tidak semua peserta didik di rumahnya ada televisi, ada juga yang mempunyai televisi, tapi tidak dapat menangkap siaran TVRI, kemudian jadwal penayangannya kadang berubah dan tidak mencakup semua mata pelajaran, sehingga masih perlu dicari alternatif aplikasi yang lain.
Langkah ini dinilai oleh Pemerintah untuk menjembatani keluhan orang tua siswa dan siswa sendiri yang mengalami kesulitan mengakses internet di wilayah tempat tinggalnya.
Program yang sudah berjalan ini diharapkan dapat membantu orang tua dan siswa dalam menerima materi pembelajaran disemua mata pelajaran secara langsung dari layar Televisi di rumah tanpa ada kendala internet maupun wifi, para siswa dapat melihat langsung dan mencatat materi yang disampaikan di televise tersebut, narasumber yang diambilpun sesuai dengan disiplin ilmu dan tingkatan sekolahdisamping solusi solusi diatas pemerintah juga menerbitkan Penyusunan kurikulum darurat menggunakan dasar hukum utama tentang Panduan Kurikulum Darurat pada Madrasah yaitu SK Dirjen Pendis Nomor 2791 Tahun 2020. Yang meringan beban belajar siswa dan orang tua. (*/bas)
Guru SMKN 1 Karangawen