RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN di tingkat sekolah dasar (SD) mempunyai karakteristik yang unik. Peserta didik yang usia berkisar antara 6-13 tahun masih berada pada tahap operasional konkret. Sehingga bahasa dan perupamaan verbal belum sepenuhnya dipahami.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sebisa mungkin dapat dikaitkan dengan keadaan nyata yang ada di lingkungan sekitar pesera didik, baik dari pengalaman sendiri, dalam keluarga, maupun di masyarakat sekitar yang bersifat nyata.
Peserta didik SD cenderung masih suka bermain, senang bergerak, bekerja dalam kelompok, senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Guru yang efektif tidak sekedar mengajar di kelas. Entah itu menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivis. Mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu (Pintrich & Schunck, 2002). Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang rencana agar pelajaran bisa menantang sekaligus menarik.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran PPKn di kelas 6 SDN 01 Bojongbata berusaha menerapkan proses belajar mengajar dengan cara bermain dalam usaha mewujudkan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Salah satunya pada pembelajaran PPKn, yakni dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif type Talking Stick.
Menurut Agus Suprijono (2009:109) model pembelajaran talking stick adalah suatu model pembelajaran dengan bantuan tongkat. Bagi siswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Selanjutnya kegiatan guru ini diulang terus menerus.
Adapun langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran talking stick di kelas sebagai berikut, 1) guru menyiapkan tongkat atau stick berukuran 20 sentimeter yang akan menjadi alat dalam proses pembelajaran di kelas. 2) Setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik.
3) Guru memberikan waktu sekitar 20 menit kepada peserta didik untuk memahami pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru serta mempersilahkan kepada peserta didik untuk membaca materi pokok pembelajaran di buku atau LKS yang digunakan pada saat proses pembelajaran di kelas. 4) Setelah waktu habis, guru akan meminta peserta didik untuk menutup semua buku yang ada di meja.
5) Guru mulai memainkan tongkat dengan diiringi musik daerah. 6) Ketika musik masih menyala, tongkat akan terus berpindah-pindah ke peserta didik. 7) Ketika musik berhenti, peserta didik yang terakhir memegang tongkat tersebutlah yang akan menjawab pertanyaan dari guru. 8) Langkah-langkah tersebut akan terus diulang hingga semua peserta didik mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif type talking stick terbukti mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik secara signifikan meningkatkan kesiapannya dalam mengikuti pebelajaran dengan memperbanyak referensi agar dapat menjawab pertanyaan secara acak. Musik yang mengiringi perpindahan tongkat juga membuat peserta didik lebih senang dan menikmatinya.
Penulis merekomendasikan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran yang dianggap cocok, walaupun tidak semua mata pelajaran cocok. Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diasz,1997). Guru harus menguasai beragam perspefektif dan strategi, dan mengaplikasikannya secara fleksibel. (ra1/ida)
Guru SDN 01 Bojongbata Pemalang