RADARSEMARANG.COM, Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan digunakan untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh seumur hidup. Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberi kesempatan siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani.
Salah satu pembelajaran jasmani di SD adalah senam lantai. Menurut Agus Mahendra (2001: 5), senam lantai adalah satu bentuk senam ketangkasan yang dilakukan di matras dan tidak menggunakan peralatan khusus. Contoh senam lantai diantaranya sikap lilin, guling depan, guling belakang, berdiri kepala, berdiri dengan tangan, lenting tangan ke depan, meroda, dan rentang kaki.
Muhajir (2004: 133) berpendapat bahwa guling ke depan adalah berguling ke depan atas bagian belakang badan (tengkuk, punggung, pinggang, dan pinggul bagian belakang). Latihan guling ke depan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling ke depan dengan sikap awal berdiri.
Kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi saat guling depan menurut Muhajir (2004: 135), yaitu kedua tangan yang bertumpu tidak tepat (dibuka terlalu lebar atau terlalau sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat) dengan ujung kaki; tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat sehingga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping; bahu tidak diletakkan di atas matras saat tangan dibengkokkan; serta saat gerakan berguling ke depan kedua tangan tidak ikut bertolak.
Berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran penjasorkes dalam materi guling depan di kelas IV SD Negeri Muktiharjo Lor Kota Semarang, terlihat banyak siswa yang pasif dan kurang antusias dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas siswa yang banyak duduk, mengobrol, dan gaduh. Siswa yang mau mencoba mempraktikkan materi senam lantai guling depan hanya sedikit karena minat siswa terhadap materi senam lantai guling depan rendah. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang sulit melakukan gerakan senam lantai guling depan. Hal ini disebabkan karena siswa merasa malu dan takut, merasa berpikir terlalu sulit untuk melakukannya, serta tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya.
Permainan sesuatu yang terdengar asyik dan menyenangkan, apalagi bagi siswa sekolah dasar. Pendekatan permainan adalah salah satu bentuk pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di prasekolah, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar. Guru diharapkan dapat melahirkan ide kreativitasnya dengan memanfaatkan kegiatan bermain, khususnya dalam pembelajaran senam lantai guling depan.
Senam lantai guling depan adalah gerakan mengguling dengan posisi badan mengarah ke Model permainan yang diterapkan dalam senam lantai guling depan adalah permainan modifikasi beranting sentuh pundak tangan. Cara bermainnya cukup mudah dimulai dengan pembagian kelompok. Pembagian kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa agar setiap kelompok mendapatkan jumlah yang sama. Siswa dalam satu kelompok berbaris lurus ke belakang dengan posisi menghadap ke depan dengan jarak satu meter berada di depan matras. Guru membunyikan peluit sebagai penanda permainan di mulai.
Siswa yang berada di barisan belakang segera menyentuh pundak teman yang baris di depannya. Teman yang tersentuh pundaknya segera melakukan gerakan yang sama, yaitu menyentuh pundak teman yang ada di depannya. Kegiatan tersebut dilakukan secara urut sampai siswa yang berada dibaris terdepan. Siswa yang berada di barisan paling depan jika pundaknya disentuh teman di belakangnya, maka segera berjalan ke depan sampai tepat berada di depan matras dan mencoba mempraktikan gerakan mengguling ke depan. Setelah siswa tersebut mempraktikkan gerakan mengguling ke depan maka segera berdiri dan lewat samping barisan kelompoknya untuk berlari menuju posisi barisan di belakang. Sampai posisi belakang melakukan gerakan sentuh pundak seperti awal. (ips1/ton)
Guru SD Negeri Muktiharjo Lor Kota Semarang