RADARSEMARANG.COM, Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional. Oleh karena itu, bahasa Inggris menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa hampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Harapannya tentu saja agar para siswa mampu menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis.
Akan tetapi pada kenyataanya, masih banyak siswa yang kesulitan untuk berbicara bahasa Inggris. Dalam artian bertanya atau merespons ungkapan dalam sebuah percakapan yang sedikit kompleks. Tidak sedikit dari mereka mampu memahami pertanyaan atau ungkapan yang dilontarkan lawan bicara namun sulit untuk memberi feedback.
Begitu pula yang terjadi dengan siswa SMKN 1 Giritontro, Wonogiri.
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya motivasi untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris dan kurangnya keterampilan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi secara lisan.
Hal inilah yang membawa guru untuk memodifikasi model pembelajaran sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Menurut Uno (2011: 5) motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti keinginan yang hendak dipenuhi, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Inggris perlu diupayakan bagaimana pelaksanaannya agar tercipta pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa.
Metode role play menjadi salah satu pilihan yang mengasyikan untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk merangsang minat dan kemampuan speaking siswa. Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang. Hal itu bergantung kepada apa yang diperankan (Ahmadi, 2011).
Penerapan role play pada praktiknya menyesuaikan dengan kondisi peserta didik, materi ajar dan target yang ingin dicapai. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : pertama menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Guru sebaiknya menciptakan suasana yang tidak tegang. Misalnya dengan memberi jokes ringan sampai menekankan pada siswa untuk ngomong apapun yang mereka bisa tanpa memikirkan grammar.
Yang kedua, memilih partisipan dan tahap-tahap peran. Bila role play ini diperankan lebih dari seorang, maka guru memfasilitasi untuk tahapan ini. Berhubung saat ini sedang dalam masa pandemi, maka pemilihan peran dan diskusi dapat dilakukan dengan Googlee meet ataupun WhatsApp grup.
Ketiga, diskusi dan evaluasi. Pada tahap ini guru bisa meminta pendapat teman lain sebagai pengamat dalam memberi umpan balik berupa komentar terkait performance temanya menggunakan bahasa Inggris semampunya. Guru dapat memberi komentar tambahan yang bersifat membangun dan tidak menjatuhkan sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk berbicara.
Terakhir, membagi pengalaman dan memberi kesimpulan. Guru bisa menampilkan role play dari YouTube sebagai salah satu bahan untuk dijadikan gambaran, siswa bisa diminta untuk menyampaikan pendapat mereka terkait performa role player dalam YouTube yang ditayangkan. Guru dapat menutup dengan memberi kesimpulan mengenai role play yang telah dilakukan oleh siswa. Seluruh kegiatan role play dapat dilaksanakan lewat google meet ataupun aplikasi lain yang mendukung mengingat belum memungkinkannya pembelajaran tatap muka.
Pembelajaran yang menyenangkan menjadi kunci untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa yang secara langsung akan berimbas pada meningkatnya keterampilan dan prestasi belajar. Role play menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan speaking siswa karena dalam metode ini siswa berpartisipasi aktif. Berkesempatan menggunakan kemampuannya berbahasa dan bebas berekspresi. (ra2/lis)
Guru Bahasa Inggris SMKN 1 Giritontro, Wonogiri