25 C
Semarang
Tuesday, 24 December 2024

PMR Tingkatkan Motivasi Belajar Matematika

Oleh : Winahyu Prihastanti, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Matematika berkaitan dengan angka, simbol, dan perhitungan. Kadang menjadi momok bagi siswa yang tidak menyukai hitung menghitung maupun anak yang lemah dalam menghitung.

Proses pembelajaran matematika bertujuan membantu siswa memecahkan masalah dan mempermudah penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dalam pembelajaran guru tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kehidupan sehari-hari, siswa kurang dapat menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.

Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika adalah penerapan pendekatan pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru sedangkan siswanya pasif. Hal ini bisa dilihat dari hasil ulangan 21 siswa kelas VI SD Negeri Gondangsari 1 menunjukkan sebagian siswa belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya terutama pada materi bangun ruang.

Salah satu cara membangkitkan motivasi agar lebih giat dalam belajar dengan diajak belajar dengan dunia nyata. Artinya penerapan pembelajaran diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan matematika realistis (PMR) merupakan pendekatan pendidikan matematika yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

PMR diadopsi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di Nedherland sejak tahun 1970. Menurut Soedjadi (2001 : 2) PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu.

Sedangkan menurut Susanto (2016 : 92) PMR merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman yang berorientasi pada hal-hal real (nyata).

Adapun langkah pertama dalam pembelajaran matematika realistik adalah dengan cara memahami masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Meminta siswa memahami hal tersebut dengan cara menyediakan bangun ruang nyata misalnya kardus sebagai balok dan kaleng sebagai tabung. Siswa secara langsung mengukur tinggi serta ukuran lainnya pada bangun tersebut.

Kedua, memahami masalah kontekstual yaitu jika siswa mengalami kesulitan, guru memberikan petunjuk berupa saran. Siswa mendapat penjelasan dari benda-benda tersebut mengenai unsur bangun ruang serta menunjukkan bagian-bagiannya secara mandiri. Mempraktikkan mengetahui volume suatu bangun dengan mengisi benda myata. Ketiga menyelesaikan masalah kontekstual. Yaitu siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Dengan lembar kerja siswa mengerjakan tugas. Guru memotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

Keempat, membandingkan dan menjelaskan serta mendiskusikan jawaban secara kelompok, dan mempraktikkan kembali dengan menggunakan benda lain yang mereka bawa. Kelima, menyimpulkan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan dari topik yang dipelajari.

Sebagai tindak lanjut dan lebih memahami tentang volume dan ukuran lain bangun ruang, siswa diminta mempraktikkan di rumah dari pelajaran yang didapatkan di sekolah. Dengan menggunakan benda-benda nyata siswa akan mendapatkan pelajaran yang lebih bermakna. Melalui pendekatan PMR anak lebih aktif, suasana kelas menjadi hidup dan pembelajaran lebih bermakna. Dilihat dari hasilnya jumlah siswa yang mendapatkan nilai sesuai KKM mengalami peningkatan dibandingkan sebelum menggunakan PMR. Dengan PMR belajar secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari. (pm1/lis)

Guru SDN Gondangsari 1 Kec. Pakis, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya