RADARSEMARANG.COM,Profesi guru adalah profesi normatif. Yaitu profesi yang didukung oleh seperangkat norma yang harus dijadikan landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya (Hermawan, 2007:7.20). Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pengajaran.
Guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang siswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran.
Banyak terjadi dalam pembelajaran IPS kurang sesuai dengan karakteristik siswa SD yang masih senang dengan aktivitas bermain, mengakibatkan pola interaksi dalam proses pembelajaran kurang mengaktifkan dan kurang menarik terhadap mata pelajaran IPS.
Figur guru yang kurang profesional, menyampaikan materi secara textbook tanpa variasi, kurang humor, dan menggunakan metode ceramah yang cenderung membosankan. Seperti yang terjadi di SD Negeri 1 Pengkol Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara kelas 6 pada materi dampak positif globalisasi. Solusi yang digunakan agar menjadikan siswa aktif adalah model Two Stay Two Stray (TSTS).
Model TSTS, “Dua tinggal dua tamu” dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, siswa yang berkunjung menyimak apa yang di jelaskan oleh temannya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya, siswa tersebut menjelaskan kembali materi yang didapat dari kelompok lain yang dikunjungi kepada siswa yang bertugas menjaga rumah.
Siswa tidak selalu menyimak penjelasan guru yang dapat membuat siswa jenuh. Selain itu, terdapat pembagian kerja yang jelas tiap anggota kelompok sehingga dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai saat proses belajar mengajar.
Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS (Lie, 2002:60-61) yaitu pertama persiapan. Guru membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa yang harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa.
Kedua presentasi guru. Yaitu guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenalkan dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Ketiga kegiatan kelompok. Yaitu pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas atau permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi yang harus dipelajari dan didiskusikan untuk dipecahkan dan diselesaikan dalam kelompoknya. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain. Sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Keempat formalisasi, yaitu salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
Kelima evaluasi kelompok dan penghargaan. Yaitu masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan, yang dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Dengan penerapan model pembelajaran ini kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan rasa percaya diri. Meningkatkan kemampuan berbicara serta mengatasi kejenuhan siswa. Minat dan keaktifan serta prestasi belajar dapat ditingkatkan. (fkp1/lis)
Guru Kelas VI SDN 1 Pengkol, Kec. Jepara, Kabupaten Jepara