RADARSEMARANG.COM, SELAMA pandemi Covid-19, sekolah tidak boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka secara langsung. Pihak sekolah pun mencari alternatif sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu melaksanakan pembelajaran secara daring atau online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Namun sekolah yang berada di daerah pegunungan kerap mengalami kesulitan sinyal internet. Akibatnya, sekolah mengambil kebijakan untuk melakukan blended learning atau pembelajaran kombinasi antara online dan offline.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran secara online masih memunculkan adanya masalah. Di antaranya peserta didik kurang memahami materi, timbul kejenuhan, dan malas belajar karena beberapa sebab. Di antaranya mereka merasa monoton dengan model yang dipakai guru yang hanya mengirimkan materi, dalam bentuk word atau PPT, gambar, form atau soal.
Ini yang terkadang membuat peserta didik kurang tertantang kreativitasnya serta ketidaksesuaian antara pemahaman peserta didik dengan apa yang dimaksud dari materi yang diberikan oleh guru.
Pada materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang banyak berkaitan dengan kondisi sosial di sekitar lingkungan peserta didik pun mengalami kendala dalam proses pembelajarannya. Guru pun mencoba melakukan inovasi dan mengembangkan model pembelajaran PBL (Problem Base Learning) yang dikombinasikan dengan tayangan video untuk meningkatkan kreativitas dan semangat belajar peserta didik secara mandiri dalam pelaksanaan PJJ.
Memakai MASKER merupakan satu model pembelajaran yang bisa dilaksanakan dalam pembelajaran IPS pada materi Interaksi Ruang kelas VII semester ganjil pada masa pandemi ini. Memakai MASKER merupakan pengembangan dari kondisi MEmahami, Satukan dan KERjakan.
Dengan langkah-langkah pelaksanaannya yaitu tahap awal guru membagi kelas dengan 2 kelompok besar tiap kelompok terdiri atas 16 orang. Kemudian guru memecah lagi menjadi empat kelompok kecil sehingga jumlah anggota tiap kelompoknya empat orang. Kemudian guru menginformasikan di whatsapp grup (WAG) tentang video pembelajaran yang harus diamati oleh tiap-tiap kelompok. Setelahnya mereka melakukan tahapan yang pertama, MA yaitu Mengamati video yang di-share guru sesuai materi masing-masing kelompok dan dilakukan secara individual.
Kedua, melakukan S yaitu Saling menyatukan pendapat atau apa yang mereka peroleh dari mengamati tayangan video tersebut sesuai lembar pengamatan yang di-share guru. Ketiga, melakukan tahapan KER yaitu Kerjakan apa yang menjadi tugas selama pengamatan dilakukan yang diberikan oleh guru. Dari melakukan kegiatan tersebut kemudian peserta didik berkolaborasi untuk mendiskusikan hasil pengamatannya dan mereka mempresentasikan secara mandiri dengan persiapan dalam kelompok tersebut, moderator, penyaji, pembahas, dan notulen serta dibukanya kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya, menyanggah atau memberi kritik, dan saran atas hasil presentasi.
Dari model yang diterapkan tersebut, pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Pecalungan pada masa pandemi dengan PJJ menjadikan peserta didik lebih bersemangat dan kreatif. Dari pengamatan peserta didik pada tayangan video tentang interaksi antarruang memunculkan kolaborasi, yang pengamatan tersebut harus dilakukan secara berulang, akan menguji daya ingat, kemudian menyatukan hasil pengamatan masing-masing individu dalam kelompok tersebut.
Klimaknya akan menimbulkan perbincangan atau perdebatan positif yang muncul karena perbedaan persepsi antar anggota kelompok. Akhirnya mereka akan menemukan satu titik temu (anti klimaks) dengan menyatukan dalam bentuk hasil presentasi pada kelompok masing-masing. (ra1/ida)
Guru IPS SMP Negeri 1 Pecalungan