27 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Wisata Virtual, Alternatif Media Pembelajaran Kepariwisataan di Masa Pandemi

Oleh: Laksmi Nurul Hidayah, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MUTU sebuah proses pendidikan ditandai dengan kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai dengan semakin bermaknanya sebuah proses pendidikan, sehingga peserta didik mampu menemukan jati dirinya.

Sementara kualitas hasil ditandai dengan tercapainya kompetensi-kompetensi tertentu dari peserta didik, atau mencapai batas minimal KKM yang ditetapkan.Hal ini sejalan dengan ruh dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, sangat mengedepankan peran aktif kreatif peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.

Tuntutan dunia masa depan, peserta didik harus memiliki kecakapan-kecakapan, meliputi kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kreatif, inovatif, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi.

Perkembangan dunia pendidikan akibat dampak pandemi covid, menjadi tantangan pendidik agar berpikir kreatif menghadirkan proses pembelajaran bermuara pada keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang selama ini berlangsung mulai menunjukkan kejenuhan pada peserta didik, sehingga kebijakan baru dimunculkan berupa pembelajaran tatap muka terbatas (PTM).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Jenjang pendidikan SMK seyogyanya mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangan dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang. SMK mencetak lulusan siap kerja, cerdas, dan kompetitif.

Kompetensi kepariwisataan merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang SMK rumpun pariwisata, termasuk di SMK Negeri 1 Kaliwungu kabupaten Semarang. Pembelajaran kepariwisataan di kelas X agar tetap kondusif di era seperti ini, maka penulis memanfaatkan media berbasis tekhnologi agar peserta didik mampu memahami dan terbangun kontruksi pembelajaran yang utuh antara teoti dan praktek dilapangan. Media yang dipilih sebagai alternative adalah wisata virtual.

Peran Media dalam proses pembelajaran di tingkat pendidikan dasar sangat penting. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam sebuah system.Menurut Rayanda Ashyar (2012:8) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Wisata virtual atau virtual tour adalah tur secara virtual.

Layaknya tour biasa, seorang tour guide asli atau aplikasi akan membawa pengunjung untuk menjelajahi suatu tempat serta mempelajari sejarah atau informasi dari tempat tersebut. Karena sekarang ini sangat tak memungkinkan untuk pergi atau liburan ke suatu tempat, maka jasa ini sedang dicari banyak orang.mudah untuk diakses. Secara sederhana wisata virtual adalah menjelajah ke berbagai wilayah secara virtual sehingga alam pikiran kita terbawa ke suasana objek yang kita jelajah . Banyak sekali unggahan-unggahan wisata yang bisa diakses di internet dan itu sebagai alternatif media pembelajaran kepariwisataan. Cara ini sangat cocok digunakan dalam berbagai situasi pembelajaran baik daring mapun Luring.

Penerapan pembelajaran dengan media wisata virtual adalah sebagai berikut: pertama, Guru menjelaskan tentang KD, materi, media, tujuan dan lembar kerja pada pertemuan selanjutnya, sehingga peserta didik memiliki gambaran tentang scenario pembelajaran.Kedua, Peserta didik diminta membuka youtube tentang dunia kepariwisataan sesuai arahan guru. Ketiga, pada saat pembelajaran guru menayangkan salah satu video wisata virtual dan peserta didik menulis berbagai pertanyaan atau komentar pada lembar kerja yang dibagi guru.

Keempat, guru beserta didik memilah berbagai pertanyaan yang mengarah pada indicator pembelajaran. Kelima,peserta didik memecahkan permasalahan dari daftar pertanyaan yang telah diseleksi.Keenam Peserta didik dan guru membahas dan menyimpulkan dari aneka jawaban peserta didik sesuai indicator dalam materi tersebut.

Ketujuh pada pertemuan selanjutnya diadakan evaluasi atau penilaian. Media wisata virtual dalam suasana pembelajaran tatap muka terbatas sesuai dengan kondisi era Covid-19. Yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah lebih kondusif, minat meningkat, peserta didik lebih aktif, tumbuh semangat berpikir kritis dan kreatif, tumbuh keberanian berpendapat, dan tumbuh budaya kompetitif. Di sisi lain memberikan pemahaman ke peserta didik, bahwa apapun bisa sebagai sumber belajar dan bijak dalam memanfaatkan media berbasis tekhnologi internet.

Dengan demikian, penerapan Media wisata virtual dalam proses pembelajaran kepariwisataan di kelas X SMK Negeri 1 Kaliwungu Kabupaten Semarang mampu meningkatkan pola pikir kritis, kreativitas, antusias dan kondusif, serta mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.

Sangat mendukung dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 tentang SisDiknas, bahwa fungsi pendidikan adalah membentuk watak dan peradaban, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis secara bertanggung jawab. Hal tersebut sangat penting dalam membangun ketahanan bangsa dan negara.Semoga tetap konsisten dan harapan yang terbangun menjadi sebuah kenyataan. (ra1/zal)

Guru SMKN 1 Kaliwungu, Kabupaten Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya