RADARSEMARANG.COM, Pendidikan jasmani (penjas) adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun menurut Achmad Paturusi (2012: 4), pendidikan jasmani secara umum dapat didefinisikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan permainan yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pelajaran penjas merupakan salah satu meta pelajaran dari sekolah yang mulai diajarkan pada sekolah dasar. Maka secara tidak langsung penjas sudah tidak asing lagi kerena mereka telah memperoleh pengetahuan dasar tentang pelajaran yang baik. Tidak sedikit pula siswa merasakan bahwa pelajaran penjas sulit dipahami.
Cara belajar siswa dan kesiapan yang supaya siswa tertarik mengikuti penjas guru harus menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan aktivitas dan hasil belajar yang maksimal.
Dengan demikian penulis berusaha menerapkan gaya belajar dalam menyampaikan penjas. Bahwa gaya mengajar adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran, gaya mengajar adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa didalam peristiwa belajar yang menentukan proses dan hasil belajar dari peristiwa belajar itu sendiri, di sini guru wajib berperan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Guru menyiapkan segala aspek pengajaran, guru sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan belajar. Hal yang terpenting dalam komando adalah penjelasan harus disampaikan dengan singkat dan langsung bertujuan pada tekanannya adalah pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih sebanyak mungkin.
Menurut Ega Trisna R. (2013: 150), pada umumnya prosedur metode gaya mengajar komando ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, guru menyiapkan seperangkat kegiatan belajar mengajar yang pada umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan frekuensi, intensitas, penilaian dan tujuan pembelajaran. Kedua, guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa bentuk lambang.
Yaitu yang termasuk lambang adalah bendera, tepuk tangan, peluit. Ketiga, pada saat guru mendemontrasikan kegiatan belajarnya baik berupa gerakan maupun aba-abanya. Demontrasi ini dapat dilakukan oleh guru sendiri atau metode yang diambil dari siswa yang pandai atau orang lain. Guru menyiapkan siswanya untuk menerima aba-aba melakukan gerakan sesuai dengan komando guru. Gerakan dilakukan berulang-ulang. Keempat, guru menghentikan pembelajaranbila menganggap bahwa siswa telah menguasai gerakan yang diharapkan. Kelima, sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, mempertinggi disiplin dan kepatuhan.
Dengan diterapkannya dalam penyampaian Penjas sebelum masa pandemi dengan model Komando ini jika dilakukan oleh semua siswa dapat membuat suasana menyenangkan. Dan dapat mengembangkan perilaku disiplin. Sehingga guru dapat mengontrol proses belajar dengan mudah, tidak ada kemungkinan timbul sesuatu yang tidak diharapkan sesuai dengan gagasan siswa. (ct3/ton)
Guru PJOK SDN 01 Kebonagung Kajen Kec. Kajen Kab Pekalongan