31 C
Semarang
Tuesday, 22 April 2025

The Balloon Buster dan Belajar Passive Sentences Menyenangkan

Oleh : Nur Widyastuti, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Apakah Anda guru bahasa Inggris SMA/MA/SMA/MAK? Pernahkah mengajarkan kalimat pasif dalam bahasa Inggris kepada siswa-siswa dan mendapati bagaimana mereka tidak bisa segera memahami materi yang diajarkan?

Anda menjadi kebingungan dan kemudian menyerah untuk kemudian terjebak dalam rutinitas : jelaskan, beri latihan, lakukan penilaian?

Jika ya, maka Anda tidak perlu berkecil hati. Yang harus Anda lakukan segera adalah mengubah strategi mengajar Anda. Jadikan pembelajaran yang berpusat kepada siswa sebagai ciri khas kelas Anda.

Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk membuat kegiatan belajar mengajar di kelas Anda. Trmasuk ketika belajar kalimat pasif, berpusat pada siswa. Salah satunya adalah dengan menjadikan permainan (game) sebagai salah satu metode pembelajaran.
Su Kim (1995) menyatakan salah satu cara terbaik untuk belajar bahasa sambil bersenang-senang adalah dengan melalui permainan.

Beberapa keuntungan menggunakan permainan dalam pengajaran bahasa. Di antaranya adalah memotivasi dan menantang siswa, mendorong siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi, menjaga siswa tetap dalam jalur mempelajari materi.

Pengalaman menggunakan permainan The Balloon Buster ketika penulis mengajarkan materi kalimat pasif di kelas XI MAN 1 Gunungkidul bisa menjadi contoh bahwa mengajarkan kalimat pasif pun bisa dilakukan dengan cara yang tidak membuat bosan dan tertekan.

The Balloon Buster sendiri merupakan sebuah permainan balapan kalimat (sentence race game) antartim untuk berlatih struktur kalimat, kosakata, atau tata bahasa (grammar). Jadi, untuk mengajarkan kalimat pasif dalam bahasa Inggris, permainan ini bisa menjadi alternatif untuk digunakan.

Bagaimana cara mengaplikasikan permainan The Balloon Buster ini di kelas? Pertama, guru harus mempersiapkan beberapa kalimat pasif dalam bahasa Inggris, menuliskannya di kertas-kertas terpisah kemudian memotong masing-masing kalimat itu menjadi beberapa bagian.

Selanjutnya, satu set potongan kalimat dimasukkan ke dalam balon yang kemudian ditiup. Semua tim yang bermain harus mendapatkan set kalimat yang sama setiap rondenya. Jadi untuk setiap kalimat guru harus mengopinya sejumlah tim yang bertanding. Jika ada lima ronde yang dimainkan, berarti harus dipersiapkan lima kalimat pasif yang berbeda pula.

Jika bahan permainan sudah siap, maka langkah selanjutnya adalah membentuk tim yang terdiri atas tiga atau empat siswa. Berikan masing-masing tim balon nomor 1 (untuk kalimat pertama). Pada saat guru menyerukan ‘Go!’ masing-masing tim meletuskan balon dengan menggunakan siku saja. Jika balon sudah meletus, tim harus mengeluarkan potongan-potongan kertas dan berlomba menyusunnya menjadi kalimat pasif yang benar.

Tim kemudian menunjukkan kalimat yang berhasil disusun kepada guru yang bertindak sebagai yuri. Jika kalimat benar, maka tim akan mendapatkan poin dan melanjutkan permainan ke balon nomor 2. Jika kalimat yang disusun belum benar maka tim harus menyusun kembali potongan-potongan kalimat sampai benar untuk mendapatkan poin dan melanjutkan permainan.

Tim dengan poin terbanyak akan memenangkan permainan. Jika terdapat tim-tim dengan poin sama, guru bisa memberikan tambahan ronde permainan dengan aktifitas berbeda selain menyusun kata-kata mejadi kalimat pasif.

Tim-tim yang bertanding di ronde tambahan kemudian harus membetulkan kesalahan gramatikal tersebut. Tim yang menemukan berhasil menemukan dan membetulkan kesalahan akan menjadi pemenang. Sebagai penghargaan guru bisa memberikan reward berupa tambahan nilai pada penilaian harian untuk tim yang memenangkan pertandingan.

Permainan the Balloon Buster seperti yang sudah dipraktikkan penulis ternyata mampu membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

Ketika pembahasan hasil kegiatan pun, siswa kemudian berani mempertanyakan kenapa kalimat yang disusun timnya tidak benar. Mereka bahkan menuntut dilakukan permainan yang sama untuk materi pada pertemuan selanjutnya. Berbagai respons positif ini semakin menguatkan keyakinan bahwa menyajikan kegiatan belajar menyenangkan tidaklah sulit diupayakan. Kreatif dan berani berubah menjadi kuncinya. (pm2/lis)

Guru Bahasa Inggris di MAN 1 Gunungkidul


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya