RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Salah satu pengertian pembelajararan yang dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.
Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran untuk menciptakan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Pembelajaran akan hidup ketika peserta didik berperan aktif.
Pada masa sekolah merupakan sarana penting bagi peserta didik untuk belajar bersosialisasi. Interaksi yang terjadi menjadi tempat bagi peserta didik untuk belajar bernegosiasi, kompromi, dan bekerjasama.
Pada masa itu kemampuan sosial-emosional dapat ditunjukkan dengan kemampuan seperti saling berbagi informasi menyelesaikan masalah menemukan pembelajaran. Kegiatan yang bervariasi di tingkat SMP dapat menjadi wadah bagi peserta didik usia sekolah untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan beradaptasi dengan teman sebaya dan lingkungannya.
Jelas bagi kita bahwa PPKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara. Untuk mencapai tujuan PPKn tersebut, seorang guru hendaknya mampu merancang pembelajaran di kelas secara kreatif dan inovatif. Keberprestasian seorang peserta didik dalam proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh guru yang baik atau kurikulum yang mantap saja namun juga ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan guru.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan dapat membuat peserta didik tidak merasa bosan dalam pembelajaran PPKn kelas VII SMP Negeri 40 Semarang yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah model pengembangan kemampuan belajar aktif pada siswa agar bisa investigasi dan mendapatkan ilmu secara mandiri. Dengan belajar aktif ini siswa juga bisa dilatih berpikir secara analisis dan problem solving sehingga ilmu pengetahuan bisa bertahan lama dalam diri siswa.
Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan adalah sebagai berikut yang pertama pemberian rangsangan (stimulation), guru memberi stimulasi untuk belajar dari pengalaman individu siswa tentang norma dan keadilan dengan memutarkan video pembelajaran. Setelah itu mengajukan pertanyaan: tentang norma dan keadilan. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan.
Selanjutnya adalah pernyataan/ identifikasi masalah (problem statement), guru mengajak siswa membuat problem statement tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam norma dan keadilan. Siswa bersama dengan guru merumuskan problem statement tentang hal-hal yang berkaitan dengan norma dan keadilan. Lalu pengumpulan data (data collection) di mana guru meminta siswa membuat kelompok terdiri atas 4 orang. Tugasnya adalah mengumpulkan data/informasi tentang norma dan keadilan.
Siswa secara berkelompok mengumpulkan data/ informasi tentang norma dan keadilan. Dilanjutkan dengan pengolahan data (data processing) yakni guru menyuruh siswa dalam kelompok mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa dengan cara mengklasifikasikan tentang norma dan keadilan. Dalam kelompok, siswa mengklasifikasikan hasil data yang diperoleh tentang norma dan keadilan. Setelah itu pembuktian (verification), guru menyuruh siswa membacakan hasil penemuannya.
Terakhir menarik simpulan/generalisasi (generalization), guru meminta siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil penemuannya tentang norma dan keadilan dengan baik dan benar. Siswa menggeneralisasi hasil penemuannya dan membacakan dengan baik dan benar di depan teman-temannya. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menemukan masalah dalam materi norma dan keadilan. (ips2/ton)
Guru PPKn SMP Negeri 40 Semarang