RADARSEMARANG.COM, Pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak mudah. Salah satu materi yang cukup sulit dipahami peserta didik adalah mengenal karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik Negara ASEAN. Sebagian besar siswa hanya mengenal nama negara-negara ASEAN saja.
Guru menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) agar peserta didik kelas VI SDN 2 Krasak dapat memahami negara-negara ASEAN.
Model TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Pramawati, 2005).
TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Arends (Trianto, 2007) menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan.
TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu (Nurhadi dkk, 2003: 66).
Melalui kegiatan diskusi ini, siswa diharapkan mampu saling membantu satu sama lainnya, sehingga menghasilkan efek positif terhadap peningkatan respon siswa. Guru hanya melengkapi penyajian singkat atau membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang dijelaskan dan dialami.
Guru memilih menggunakan TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok secara keseluruhan. Dalam pembelajaran TPS, siswa secara tidak langsung dididik untuk berlatih berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide atau pendapat dengan pasangannya (Kagan dalam Pramawati, 2005).
Model pembelajaran TPS memberikan kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran TPS adalah: (a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. (b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri. (c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. (d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
Dalam model ini siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran TPS menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah (1) Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. (2) Pairing (berpasangan).
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan. (3) Sharing (berbagi).
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya. Selanjutnya pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif. Setelah guru menerapkan model pembelajaran TPS siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. (ipa2/ton)
Guru SD Negeri 2 Krasak, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara