RADARSEMARANG.COM, LAYANAN informasi sangat penting diberikan untuk siswa dengan tujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggrakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah keputusan untuk siswa SMPN 3 Patebon, kelas 7C semester I.
Menurut Minkel, layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Sedangkan, menurut Tohirin, layanan informasi bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidup dan proses perkembangan anak muda.
Masa SMP adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa anak-anak ke masa praremaja. Pada masa ini banyak perubahan yang dialami oleh anak, baik perubahan fisik maupun psikis.
Masalah yang sering muncul adalah perbedaan persepsi antara anak dan orang tua, persepsi orang tua, anak praremaja sama dengan masa kanak-kanak, di mana anak harus mengikuti keinginan orang tua, anak manis yang penurut, belum bisa membuat keputusan, masih harus diarahkan dan lain-lain. Namun, berbeda dengan persepsi anak praremaja, mereka merasa bahwa bukan anak kecil lagi yang harus terus dipaksa mengikuti aturan.
Mereka punya pendirian dan ingin diakui sebagai orang dewasa. Selain perbedaan persepsi, perbedaan antara orang tua dan anak, pada masa praremaja juga ditandai dengan emosi yang sangat labil. Perubahan mood yang cepat, keinginan memberontak, menolak aturan, interaksi dengan orang tua mulai berkurang, mulai merasa malu jika dipeluk dan dicium orang tua di depan teman-temannya, serta ada keinginan untuk mendorong batasan yang selama ini ditetapkan oleh orang tua.
Anak-anak dihadapkan dengan perubahan teknologi yang pesat sehingga pengaruh gadget dan interaksi dengan teman-temannya di media sosial juga dapat memperburuk keadaan jika tidak digunakan dengan benar.
Anak praremaja tidak menyadari bahwa mereka sebetulnya membutuhkan orang tua untuk menghadapi semua perubahan ini, karena mereka beranggapan sudah mulai dewasa dimana peran kelompok teman sebaya mereka jauh lebih penting. Dalam menghadapi hal ini orang tua dan guru pembimbing harus cerdik dan damai dengan anak-anak.
Agar anak tidak salah dalam pergaulan harus kita tanamkan ajaran agama pada anak dengan menjelaskan apa diperbolehkan dan dilarang menurut ajaran agama. Hal tersebut merupakan dasar yang paling kuat dalam pembentukan karakter anak dan merupakan pendidikan moral di masa depan anak. Orang tua dan guru pembimbing harus mampu menjadi suplier informasi pertama.
Belajar memahami suatu masalah dari sudut pandang anak juga penting dilakukan. Orang tua harus mulai mengenalisis mengapa anak membangkang, marah, apa yang menyebabkan anak tidak mau mendengarkan orang tua.
Dalam hal ini orang tua harus belajar menjadi pendengar, belajar sabar dan menahan emosi dalam upaya menggali apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh anak. Selain itu orang tua harus berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya, membuat anak merasa nyaman, aman, dan senang saat berada di dekat orang tua.
Menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat orang tua juga harus mengontrol penggunaan gadget pada anak memperhatikan apa yang anak tonton, mengintip group whatsapp, facebook, instragram dengan menjadi pengikut untuk memantau anak. Selain itu orang tua dapat membuat perjanjian serta aturan yang dibuat bersama dalam penggunaan gadget. Hal yang terpenting adalah orang tua harus belajar untuk percaya kepada anak dan menanamkan nilai kejujuran dan tanggung jawab. (ipa2/zal)
Guru SMPN 3 Patebon, Kendal