RADARSEMARANG.COM, Sebagai upaya mencegah pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online.
Hal ini sesuai dengan edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet.
Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring.
Pelaksanaannya cukup menggunakan smartphone atau laptop yang terhubung internet atau melalui media elektronik lainnya. Kelebihan lainnya yaitu waktu dan tempat belajar fleksibel.
Sebagai guru matematika tentu saja penulis mengalami kegagapan serupa. Pembelajaran tatap muka masih banyak masalah. Mulai mental block peserta yang sudah terbentuk, seperti persepsi matematika sulit, membosankan dan lain-lain.
Masalah tersebut bertambah tatkala PJJ. Kekurangan metode ini antara lain banyak daerah yang terbatas akses dan sarana, seperti pasokan listrik yang tidak merata, internet, kuota, media telekomunikasi atau signal.
Selain itu, berkurangnya interaksi antara guru dan siswa. Siswa kesulitan mendapatkan penjelasan yang lebih detail sehingga kurang memahami materi pelajaran. Kelemahan PJJ yang lain, kurangnya pengawasan dalam belajar.
Biasanya terjadi pada siswa yang mempunyai kecenderungan aktif di luar rumah. Mereka cepat bosan apalagi bila orang tua yang bersangkutan sibuk bekerja ditambah kurangnya kepedulian akan pendidikan anaknya.
Inilah tantangan yang sesungguhnya seorang guru. Guru sudah semestinya bisa menjawab permasalahan ini dengan berpikir lebih kreatif dan imajinatif namun ilmiah. Lantas, bagaimana pembelajaran matematika jarak jauh bisa dilaksanakan secara maksimal dan efektif?
Ada beberapa cara dalam PJJ: Pertama, pilih materi yang esensial. Beberapa acuan dalam memilih materi esensial yaitu berhubungan dengan konsep matematika yang menjadi syarat dalam menunjang kemampuan konsep-konsep lainnya dan manfaat konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, menggunakan pendekatan matematika realistik. Yaitu proses pembelajaran yang memberikan masalah dalam konteks yang dapat dijangkau oleh siswa baik dunia nyata, dunia fantasi ataupun dunia matematika formal, asalkan nyata dalam pikiran peserta didik (Utari Sumarmo, 2013).
Model matematika realistik dapat menjadi jembatan yang menghubungkan dunia nyata dengan matematika. Dapat mengantarkan peserta didik menuju pemahaman konsep matematika yang baru sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna dan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan kembali dan meroounstruksi sendiri ide-ide matematika (Jenning dan Dunne, 1999).
Ketiga, membuat modul, yaitu memungkinkan siswa menyampaikan pelajaran untuk dirinya sendiri (self-contained) dan membimbing dirinya berinteraksi dengan materi kemudian mendapat umpan balik langsung akan belajar yang telah dilakukan (self-directed) (Oemar Hamalik, 1991). Dengan modul diharapkan siswa mandiri dan percaya diri dalam belajar.
Modul pembelajaran berisi lembaran aktivitas yang berguna menuntun siswa berproses dalam berfikir dan bernalar untuk membuat hipotesis, menemukan konsep, atau formula matematika yang diajarkan. Bagaimana guru mengajukan pertanyaan yang cerdas untuk mengarahkan siswa? Bagaimana guru memberikan tantangan permasalahan yang merangsang dan bernalar? Bagaimana mendiskusikan cara kerja siswa dalam pembelajaran?
Terakhir, guru perlu menggunakan berbagai metode dan cara komunikasi baik melalui daring, seperti Zoom, Google Meet, Moodle atau WhatsApp, maupun luring. Seperti televisi, buku atau dokumen lainnya sebagai sarana untuk mendapatkan feedback siswa. (pm2/lis)
Guru Matematika SMAN 1 Temanggung