RADARSEMARANG.COM, Meningkatnya kasus pandemi Covid-19 di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia membawa kekhawatiran bagi dunia pendidikan. Khususnya para orang tua dan guru. Ketakutan mereka tentu saja beralasan. Mulai dari bahaya penyebaran virus yang menyebabkan kematian hingga pengaruhnya terhadap perkembangan akhlak anak sebagai peserta didik.
Merujuk dari masalah tersebut, pemerintah mengantisipasi untuk menekan lajunya penyebaran Covid-19 dengan melakukan PSBB. Sejak adanya kebijakan PSBB memberi dampak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Mendikbud Nadiem Makarim, menyetujui kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk meliburkan sekolah karena situasi yang sangat mengkhawatirkan.
Mulai Senin, 16 Maret 2020 sampai saat ini Agustus 2021, kegiatan belajar mengajar tidak lagi berlangsung dengan tatap muka di PAUD, sekolah dan perguruan tinggi melainkan dengan pembelajaran daring. Aneka media pembelajaran daring dicoba dan digunakan. Sarana yang dapat dipilih oleh sekolah sebagai media pembelajaran daring di antaranya e-learning, aplikasi zoom, google classroom, WA dsb. Dengan pemanfaatan media daring tersebut secara tidak langsung penggunaan akses teknologi perlu dikuasai oleh peserta didik maupun guru. Namun, tidak sedikit muncul permasalahan gagap teknologi dalam mengakses teknologi tersebut.
Peserta didik belajar dari rumah dibimbing oleh guru dan orangtua. Pada awal pandemi, media yang digunakan untuk pembelajaran daring di SMPN 1 Brati untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah WhatsApp. Aplikasi ini mempunyai kelebihan relatif murah dalam pemakaian kuota internet dan hampir semua orangtua peserta didik sudah mengenalnya.
Kekurangannya antara lain video grup WhatsApp hanya bisa diikuti oleh empat orang, sehingga tidak bisa digunakan untuk pembelajaran langsung yang maksimal. Selain itu, aplikasi ini juga tidak efektif untuk tempat pengumpulan tugas peserta didik, sehingga perlu dicari alternatif yang lain.
Pada saat pandemi ini dalam pembelajaran daring tentu memberikan dampak bagi kita yang menjalankannya. Salah satu dampak positifnya adalah guru dan peserta didik menjadi lebih mampu dalam menggunakan aplikasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih fleksibel sebab bisa dilaksanakan di rumah dan bisa dilaksanakan di mana saja.
Selain itu pembelajaran daring juga memiliki dampak negatif bagi yang menjalankannya. Seperti terjadinya kesalahpahaman, karena komunikasi dilakukan tanpa tatap muka, jaringan internet sering tidak lancar terutama daerah pelosok yang memerlukan teknologi yang baik.
Adanya pembelajaran daring ini membuat dilema tersendiri bagi orangtua yang harus mendampingi anak-anaknya belajar. Terlebih lagi orangtua yang memiliki lebih dari satu orang anak. Orangtua banyak yang mengeluh dan merasa kewalahan saat pembelajaran daring.
Anak-anak tentunya membutuhkan pendampingan dalam belajar, mereka harus melaksanakan berbagai macam tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu yang telah ditentukan.
Guru dalam pembelajaran daring juga mempunyai dilema yakni sulit mengukur pencapaian pembelajaran antara materi yang satu dengan yang lainnya. Terkadang ada diantara peserta didik yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan jika ada yang menyelesaikan tugas tentunya sulit memastikan apakah itu hasil kerja anak atau hasil kerja orang lain.
Pembelajaran daring pada saat pandemi memiliki dilemma. Namun pembelajaran daring merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia. Pembelajaran daring memiliki dampak positif dan negatif. Guru, peserta didik, dan seluruh pihak yang terlibat harus bijaksana dalam menyikapi pembelajaran daring yang sedang berlangsung saat pandemi. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. (rs1/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Brati, Kabupaten Grobogan
