RADARSEMARANG.COM, Sudah bukan rahasia lagi apabila ketika kita mendengar kata IPS yang ada di benak kita adalah materi luas, tuntutan untuk hafalan dan pelajaran yang dinomorduakan oleh semua pihak. Begitu pula bagi peserta didik kelas 6 SDN Gebangsari 02, mata pelajaran IPS relatif dianggap sulit karena materi yang terlalu banyak dan kompleks. Hal ini dibuktikan dengn beberapa kali hasil ulangan hasilnya rata-rata kurang memuaskan atau 70 % tidak tuntas. Ketuntasan tersebut didasari asumsi bahwa standar ketuntasan adalah 70.
Model Pembelajaran Tebak Kata menurut Moch. Agus Krisno Budiyanto (2016) adalah belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah peserta didik mampu dan dapat bertanya, mmepertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Model pembelajaran tebak kata adalah model kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki permainan tebak kata. Siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Guru mengajak peerta didik beramain tebak kata dengan menggunkan kertas karton yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan adaalah sebagai berikut: Pertama, siapkan materi yang akan disampaikan. Kedua, siapkan bahan ajar yang dibutuhkan. Ketiga, siapkan kata kunci yang akan dipertanyakan.
Langkah-langkah metode pembelajaran Tebak Kata adalah : Pertama, guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit. Kedua, guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas. Ketiga, seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga. Siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
Atau bisa juga dilakukan secara berkelompok. Pertama, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok guru mengundi ada dua kelompok yang diberi kesempatan untuk maju. Kedua, kelompok saling berhadapan salah satu mewakili untuk “suit/pingsut”. Kelompok yang kalah, salah satu peserta didik mewakili untuk dipasangi kartu kata pada topinya anggota kelompok yang kalah berdiri di belakang peserta didik yang dipasangi kartu kata tentang materi. Misalnya kata Merlion (di sini guru membatasi 5 negara anggota ASEAN yang menjadi bahan tebak kata, bisa tentang tradisi, bahasa daerah, suku, julukan, atau mata uang). Ketiga, peserta didik yang dipasangi kartu kata akan mencoba menebak dia boleh bertanya kepada kelompok lawan karena yang memasang kartu kata adalah kelompok lawan, “Apakah ada hubungannya dengan negara Singapura?” kKemudian pertanyaan semakin mengerucut bisa julukan bisa menyebutkan monumen yang terkenal dan seterusnya. Sedangkan kelompok menjadi lawan ketika ditanya menjawab ya atau tidak atau bisa jadi. Keempat, jika bisa ditebak jawabannya maka bergantian, kelompok yang dipasangi kelompok lawan. Begitu seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran.
Di sini guru juga bisa mengamati sekaligus menilai peserta didik yang aktif, yang bisa menjawab pertanyaan dengan tepat dan yang tidak reaktif sama sekali. Harapan penulis jangan takut untuk mencoba model pembelajaran Tebak Kata pasti seru, heboh dan mengasyikkan tentunya, mereka akan menagih kapan belajar IPS lagi? (ips2/ton)
Guru SDN Gebangsari 02 Genuk Semarang