28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Otak Atik Luas Permukaan Bangun Ruang Gabungan dengan Bongkar Pasang

Oleh Turasmi, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sudah terkenal dikalangan siswa, bahwa pelajaran Mateamtika itu tidak menarik, bikin pusing. Sebagaimana pendapat Zulkardi (2003: 23) rendahnya prestasi dan negatifnya sikap siswa terhadap matematika penyebabnya adalah media yang kurang efektif. Artinya guru masih menggunakan metode tradisional. Fakta yang terjadi di kelas 6B SD Srondol Wetan 02 Semarang menunjukkan nilai materi luas permukaan bangun ruang gabungan, banyak yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.

Sebagaimana pendapat Wahyudi dan Kriswandani (2013: 10) matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep – konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Menghitung luas bangun datar adalah hal biasa yang dilakukan siswa kelas 6 ketika belajar matematika. Pengertian luas dalam benak siswa selama ini adalah sebagaimana hamparan kain, kertas, atau tanah. Semua benda yang tidak memiliki ukuran tinggi berarti hanya memiliki ukuran panjang dan lebar.

Menjadi luar biasa ketika bendanya tiga dimensi yang mereka harus cari luasnya. Di sinilah mulai sedikit ada keluhan, karena tingkat kesulitan sudah muncul. Menjadi ambyar konsentrasi siswa lagi, ketika mereka tidak hanya dituntut untuk mencari luas permukaan dari satu-satu benda bangun ruang, tetapi gabungan dari dua bahkan tiga benda sekaligus.

Dari permasalahan di atas, guru harus memutar akal agar kesulitan siswa berubah menjadi kegembiraan yang akhirnya membuahkan ketuntasan belajar. Alat peraga atau media yang mampu menciptakan kesenangan untuk mencapai ketuntasan dalam materi luas permukaan bangun ruang gabungan, yaitu dengan bongkar pasang.

Media bongkar pasang merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang berbagai kemampuan anak. Media bongkar pasang dimainkan dengan cara membongkar kepingan bongkar pasang lalu memasangnya kembali ataupun sebaliknya. Baik bongkar pasang dua dimensi atau tiga dimensi (Hasnawati, 2016).

Awalnya siswa diajak membongkar satu bangun ruang kubus, kemudian disuruh menebak ada bangun datar apa saja hasil dari bongkaran tersebut. Dari masing-masing bangun datar yang telah lepas tadi yaitu persegi di suruh mencari luasnya, dan menjumlahkan sesuai banyaknya.

Langkah kedua adalah siswa diajak membongkar bangun ruang balok, lalu menyebutkan bangun datar apa saja yang terbentuk dari balok tersebut. Ternyata ada tiga pasang bangun datar persegi panjang dengan ukuran tiap pasang berbeda. Siswa disuruh mencari ukuran luasnya dari masing-masing persegi panjang tersebut. Akan terdapat enam persegi panjang yang masing-masing pasang berukuran luas sama, lalu dijumlahkan semua.

Langkah ketiga, dari dua bangun ruang tadi siswa diajak untuk mengembalikan seperti semula, lalu menghimpitkan keduanya. Disinilah konsep gabungan akan terbentuk, karena ada dua bangun datar yang menempel. Menempelnya bangun datar tersebut yang nantinya akan mengurangi jumlah luas dari kedua bangun ruang dalam mencari luas permukaan. Jika yang berhimpitan itu satu persegi menempel pada balok, maka secara otomatis ada dua persegi yang akan hilang, berarti jumlah semua luas kedua bangun ruang dikurangi dua persegi yang berhimpit. Awalnya siswa selalu lupa mengurangi dua bangun datar yang berhimpitan, hanya menjumlahkan semua luas dari masing-masing bangun datar yang membentuk bangun ruang tersebut, disinilah tantangan guru untuk menanamkan konsep, yang berhimpit hilang.

Kesimpulannya, media bongkar pasang sangat membantu siswa dalam menanamkan konsep pada materi mencari luas permukaan bangun ruang gabungn. Materi yang remang-remang akan terang jika disampaikan dengan alat nyata, yang bisa dilihat, di raba, dan dibuat siswa. (ips2/ton)

Guru Kelas SD Negeri Srondol Wetan 02 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya