RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Penerapan pembelajaran tematik merupakan salah satu bagian dari elemen perubahan standar proses pembelajaran pada kurikulum 2013 di SD. Pembelajaran tematik ini terkendala, apabila diterapkan di kelas tinggi yang sudah berbenturan dengan kedalaman materi, keterbatasan waktu, dan target pencapaian kompetensi. Apabila guru hanya menitikberatkan pada satu bagian, maka bagian lain akan terabaikan sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai.
Hal seperti ini terjadi di kelas 6 SDN Kutowinangun 10. Ketika guru menargetkan ketuntasan materi, kompetensi yang lain tidak terpenuhi. Begitu pula jika guru menitikberatkan pada pencapaian semua kompetensi, maka hak siswa untuk mendapatkan materi yang lengkap tidak terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat untuk mengurangi dampak dari permasalahan tersebut. Salah satu model pembelejaran yang bisa digunakan adalah model SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy).
Model pembelajaran SAVI menurut Dave Meier adalah belajar yang melibatkan indra pada tubuh, bergerak aktif secara fisik, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan menarik minat siswa dalam belajar. Selain itu, dengan adanya media pembelajaran sebagai perantara untuk mentransfer materi, siswa dapat menggambarkan segala hal yang telah dipelajari dan lebih mudah memahami materi serta membantu melatih pola pikirnya dalam memahami konsep.
Penerapan model pembelajaran SAVI di SDN Kutowinangun 10 diawali dengan menjelaskan rencana kegiatan belajar, menjelaskan tujuannya, dan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Tahap ini termasuk ke dalam unsur somatic, karena siswa akan bergerak menuju kelompoknya masing-masing. Setelah berada dalam kelompoknya, guru akan menjelaskan materi dengan disertai beberapa gambar yang mendukung. Penjelasan materi tersebut diulang kembali agar siswa mampu menangkap informasi yang diberikan dengan baik. Tahap tersebut merupakan tahap auditory sekaligus visualization. Tahap auditory karena siswa mendengarkan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Pada tahap ini, siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan cepat menangkap materi dibanding yang lain. Tahap visualization sebab selain siswa mendengarkan, siswa juga memperhatikan gambar yang ditunjukkan oleh guru.
Setelah siswa cukup mengerti penjelasan guru, mereka diajak guru untuk keluar ruangan. Tujuannya adalah agar tempat belajar lebih lapang. Di luar ruangan, siswa diberi penjelasan apa yang harus dilakukan. Siswa diminta menemukan gambar yang sesuai dengan informasi yang diberikan oleh guru. Ketika guru menyebutkan informasi tertentu, perwakilan siswa dari masing-masing kelompok yang ditunjuk berlomba untuk mendapatkan gambar yang tepat. Hal ini dilakukan berulang sampai semua siswa melakukannya. Pada tahap pembelajaran ini, semua unsur, baik somatic, auditory, visualization, maupun intellectualy, sudah terpenuhi. Siswa berlatih menyatukan informasi-informasi yang didapat dengan bergerak aktif dan mengaktifkan semua indera. Sebagai penutup, setiap kelompok diminta untuk menempelkan gambar-gambar tersebut pada lembar kertas presentasi dan memberi penjelasan singkat sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Penggunaan model pembelajaran ini terbukti mampu merangkul berbagai gaya belajar siswa, sehingga kedalaman materi, keterbatasan waktu, dan target pencapaian kompetensi bisa teratasi. Selain itu, suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bisa memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. (ss2/ida)
Guru SDN Kutowinangun 10