RADARSEMARANG.COM, Sesuai kurikulum 2013 materi akuntansi diberikan pada mata pelajaran ekonomi kelas XII. Materi akuntansi seringkali dianggap sulit bagi siswa jurusan IPS karena banyak hitungan dan membutuhkan ketelitian dalam pencatatannya. Selain itu akuntansi merupakan siklus pencatatan yang berkelanjutan. Jika siswa belum bisa memahami konsep-konsep dasar pencatatan akuntansi maka akan kesulitan dalam melakukan pencatatan pada siklus berikutnya.
Salah satu konsep yang harus dipahami oleh siswa sebelum melakukan pencatatan akuntansi adalah bagaimana menganalisis suatu transaksi keuangan berdasarkan mekanisme debet kredit. Debet dalam akuntansi menunjukkan pencatatan di sisi sebelah kiri pada suatu akun, sedangkan kredit menunjukkan sisi sebelah kanan. Namun siswa seringkali masing kebingungan dalam menempatkan akun berdasarkan mekanisme debet dan kredit. Kesalahan menempatkan akun berdasarkan mekanisme debet dan kreditnya akan mengakibatkan informasi keuangan yang menjadi tujuan akhir dari pencatatan akuntansi juga tidak benar.
Sama halnya yang terjadi pada siswa MAN 1 Gunungkidul. Rata-rata siswa masih bingung dalam menganalisis transaksi berdasarkan mekanisme debet dan kreditnya. Sebagai contoh jika ada transaksi yang mengakibatkan pendapatan atau utang bertambah harusnya mencatatnya disebelah kredit tetapi masih banyak siswa yang mencatat di sebelah debet. Untuk itu guru dituntut untuk mengembangkan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan sehingga membekas di pikiran siswa.
Salah satu model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan selama mendampingi siswa belajar di MAN 1 Gunungkidul adalah model pembelajaran Kartu Kerjalan (KB). Model kartu berjalan merupakan kombinasi dari model pembelajaran Card Sort dan make a match. Menurut Marjuki (2020:204) model card sort adalah suatu pembelajaranyang menekankan keaktifan siswa berupa pemberian kartu yang berisi informasi terkait materi pelajaran yang sedang di bahas. Selanjutnya siswa mencari induk kelompok sesuai dengan kategoro kartu indeks yang dimiikinya. Sedangkan make a match menurut Rusman (2011:223) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Dalam model pembelajaran kartu berjalan (KB) ini siswa dibagi ke dalam dua atau tiga kelompok sesuai kebutuhan. Masing masing anggota dalam kelompok memegang kartu akun misalnya kas, perlengkapan, piutang, dan seterusnya. Guru menyiapkan dua papan/kursi yang satu kursi ditulisi debet ditaruh sebelah kiri sedangkan kursi yang lain ditulisi kredit ditaruh sebelah kanan. Setelah itu guru memerintahkan satu kelompok untuk maju dengan membawa kartu akun yang dipegangnya. Guru membacakan sebuah transaksi, kemudian peserta dalam kelompok tersebut menganalisisnya dan memerintahkan siswa yang membawa kartu akun yang sesuai dengan transaksi yang dibacakan oleh guru untuk berjalan maju di belakang kursi debet atau kredit. Jika kelompok tersebut benar dalam menganalisis transaksi dan memposisikan anak yang maju sesuai dengan mekanisme debet dan kredit maka diberikan point 100.
Pada saat satu kelompok maju ke depan, maka kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan penilaian. Setelah itu guru memerintahkan kelompok yang lain maju secara bergantian. Kelompok yang paling banyak mendapat poin yang akan jadi menjadi pemenangnya dan mendapatkan reward. Model pembelajaran kartu berjalan ini akan lebih menyenangkan dilakukan di alam terbuka.
Melalui model pembelajaran kartu berjalan ini, siswa belajar akuntansi dalam suasana menyenangkan, tidak membosankan dan akan lebih terkesan dalam benaknya daripada hanya sekadar menghafalkan. Sehingga jika dihadapkan pada sebuah transaksi siswa dapat menganalisisnya dengan benar sesuai aturan debet dan kredit. Model pembelajan kartu berjalan ini juga bisa diterapkan untuk materi jurnal umum dan materi lainnya. (rs1/ton)
Guru Ekonomi di MAN 1 Gunungkidul