RADARSEMARANG.COM, Tantangan terbesar dalam pembelajaran PJOK di masa pandemi adalah hilangnya kesempatan peserta untuk bergerak. Ketiadaan sarana prasarana menjadi salah satu kendala terbesar. Sebagai contoh, tidak semua peserta didik mempunyai akses terhadap lapangan atau alat yang digunakan untuk berolahraga. Padahal, pada materi Pendidikan Jasmani dan Olahraga sarana dan alat adalah prasyarat untuk praktik. Salah satunya adalah materi tolak peluru.
Materi tolak peluru merupakan merupakan salah satu nomor lempar dalam atletik yang harus dikuasai oleh peserta didik pada jenjang kelas IX SMP. Pada materi ini, peserta didik diharapkan dapat mengetahui dan mempraktikkan teknik mendorong dan menolak peluru. Permasalahannya, ketika dilakukan sendiri di rumah dalam konteks PJJ, peserta didik tidak memiliki alat berupa peluru.
Permasalahan ini menjadi tantangan guru PJOK untuk tetap dapat memberikan materi tolak peluru tanpa ketersediaan alat. Di SMP Negeri 2 Salatiga, tantangan ini dijawab dengan inovasi alat berupa peluru kertas sebagai alternatif media pengganti peluru yang sebenarnya.
Media ini berupa kertas yang digulung sehingga berbentuk bulat seperti bola dengan diameter sekitar 10 cm. Latar belakang pemilihan media ini adalah peserta didik mudah untuk mendapatkan kertas di sekitar tempat tinggalnya. Bahkan, mereka dapat menggunakan kertas bekas sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Selain itu, peluru kertas aman digunakan di rumah karena tidak membahayakan.
Dalam penelitiannya, Ariyanto & Hariyadi (2020) menyatakan bahwa guru perlu berupaya mencari alternatif media tolak peluru agar peserta didik tetap tertarik mengikuti pembelajaran, dan tetap mendapat pengalaman gerak yang baru meski terkendala ruang dan alat. Hal ini mendukung penggunaan peluru kertas dalam pembelajaran materi tolak peluru bagi peserta didik kelas IX di SMP Negeri 2 Salatiga.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran diawali dengan Zoom meeting. Pada tahap ini, guru menjelaskan media alat yang bisa digunakan peserta didik di rumah. Teknik pelaksanaan tolak peluru dijelaskan guru dengan mendemontrasikan gerak berupa gambar dan vidio yang telah direkam sebelumnya.
Tahap selanjutnya adalah penugasan untuk pembuatan peluru kertas. Di dalam pembuatan alat ini, peserta didik diminta membuat video tentang pembuatan alat. Selanjutnya, setelah alat jadi, peserta didik mempraktikkan teknik tolak peluru dengan alat yang sudah dibuatnya. Hasil akhir berupa video dikirim melalui Prakasita Classroom, yakni Learning Management System milik SMP Negeri 2 Salatiga.
Dengan inovasi ini, saya berharap peserta didik tidak kehilangan kesempatan berolahraga meski harus belajar dari rumah. Selain itu, media sederhana berupa peluru kertas ini dapat menjembatani penyampaian materi. Hasil akhirnya, pandemi tidak lagi menjadi alasan dan kendala untuk tetap bergerak di rumah. Bahkan, peluru kertas ini dapat membantu peserta didik dalam menjaga kebugaran dan daya tahan untuk melawan Covid-19. Kesimpulannya, peluru kertas dapat dijadikan alat bantu yang mudah didapat, berbiaya murah, dan aman bagi peserta didik. Salam sehat. (dd1/lis)
Guru PJOK di SMP Negeri 2 Salatiga