25 C
Semarang
Sunday, 11 May 2025

Asyiknya Belajar Proverb dengan Model Pasangan Makna

Oleh : Wiji Kurniasih, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia menjadikannya salah satu mata pelajaran yang tidak mudah untuk dikuasai siswa. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggris, utamanya penguasaan vocabulary (kosa kata). Kesulitan itupun dialami oleh para siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosegoro ketika mempelajari materi proverb. Pada pembelajaran materi proverb, siswa diharapakan mampu memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks khusus dalam bentuk proverb yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah peribahasa.

Menurut Wijayanti, Ira, I (2016: 172), Proverb is a simple and concrete saying popularly known and revered, which expresses a truth, based on common sense or the practical experience of humanity (Pepatah sederhana dan konkret yang populer dan dihormati yang mengungkapkan kebenaran berdasarkan akal sehat atau pengalaman praktis kemanusiaan).

Dalam pengamatan awal pembelajaran materi proverb, siswa terkesan bosan dengan model penyampaian materi guru. Masih banyak siswa yang enggan merespon pertanyaan yang guru berikan. Siswa kurang termotivasi menemukan makna proverb dan cenderung pasif dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru menggunakan pembelajaran model pasangan makna proverb dimaksudkan mencocokkan antara proverb dengan makna/maksud dari proverb itu sendiri. Model ini menggunakan strategi pembelajaran aktif yang memadukan teknik bermain dan teknik menemukan (Muzir, Munzakir : 272).

Dalam model ini ada 3 tahap penugasan yang harus dialami siswa, yaitu mencocokkan kata/frase lanjutan peribahasa, mencocokkan makna, dan menyebutkan makna. Untuk lebih memahami model pembelajaran ini, berikut rancangan pembelajaran : guru menyiapkan media proverb yang berupa kartu. Satu bagian merupakan kata/frase awal dari proverb, bagian lainnya kata /frase lanjutan proverb tersebut. Media ini digunakan pada tugas 1. Kartu proverb dan kartu makna proverb dibuat secara terpisah. Masing-masing kartu diberi nomor seri di bagian atas.
Pada tugas 1 siswa masing-masing mengambil satu kartu secara acak. Selanjutnya siswa mencari pasangan lanjutan kata/frase yang berada acak pada siswa lainnya. Pada tugas 2 siswa kembali mengambil kartu secara acak sesuai arahan guru di tugas 2. Siswa mencocokkan pasangan antara kartu proverb dengan kartu yang bertuliskan makna. Pencocokan dilakukan dengan bertanya pada siswa lain. Selanjutnya siswa yang menemukan pasangan proverb dan maknanya, berkewajiban menuliskan nomor seri yang tertera pada kartu pasangan yang cocok. Penulisan ini guna mengecek ketepatan antara proverb dan maknanya.

Tugas 3, yakni menyebutkan makna kata proverb. Penerapannya, siswa secara acak diminta menyebutkan makna proverb yang telah disiapkan oleh guru. Pengacakan dapat dilakukan dengan pengundian bergilir. Dengan penerapan model pasangan makna ini terlihat meningkatnya keaktifan siswa di kelas. Siswa belajar untuk berkompetisi secara sehat dengan perasaan senang melalui permainan. Dengan teknik mencari, siswa terpacu untuk menemukan hal/materi yang berkaitan dengan tugas. Pembelajaranpun terlihat lebih hidup.

Meskipun begitu, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan. Selain menyita cukup banyak waktu, pembelajaran model pasangan makna juga berpotensi menimbulkan kegaduhan yang berlebihan yang disebabkan suara siswa yang sedang mencari pasangan makna.

Dengan mempertimbangkan perubahan cara belajar siswa pasif berubah menjadi antusias, pembelajaran model pasangan makna dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif meningkatkan motivasi belajar materi proverb. Metode ini juga menciptakan suasana yang menyenangkan, serius tapi santai dengan tidak mengabaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. (ipa2/lis)

Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Wonosegoro, Boyolali


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya