RADARSEMARANG.COM, Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia membutuhkan pendidikan untuk keberlangsungan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang RI nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 2 bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sehingga dari penjelasan tersebut pendidikan di Indonesia ini sangat ditekankan pada nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang diharapkan pada rasa cinta tanah air dan bangsa pada diri generasi muda.
Dalam penyajian pembelajaran di Sekolah Dasar guru harus menerapkan metode khusus untunk merangsang agar siswa lebih semanga belajar. D alam hal ini penulis menerapkan metode Make a Match untuk meningkatkan motivasi belajar PKn di SD Negeri 01 Gunungtiga, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.
Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorn Curran pada tahun 1994 pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu (Aqib Zainal, 2013 : 23). Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12), model pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran make a match menurut Aqib Zainal (2013 : 23) adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban), 2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, 3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban), 4) Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, 5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, 6) Kesimpulan.
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran dilakukan oleh guru dalam menerapkan model make a match dalam proses belajar mengajar Ciandra dalam Novia (2013: 18). Adapun tahap–tahap tersebut antara lain: 1) Tahap persiapan, guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa, diantaranya : a. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan, b. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban, c. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. 2) Tahap penyampaian, Jika masing–masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua bergerak mencari pasangan nya masing–masing sesuai pertanyaan atau jawaban yang terdapat di kartunya, 3) Penampilan hasil, Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan jawaban itu cocok, setelah penilaian selesai dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara kelompok penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua kelompok sebagian anggota memegang lembar pertanyaan dan sebagian lagi memegang lembar jawaban kemudian posisikan mereka seperti huruf u.
Dengan metode make a match ini di harapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar di harapkan bisa maksimal. Sekalipun setia metode memiliki kelebihan dan kelemahan. (gb2/ton)
Guru SDN 01 Gunungtiga Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang