RADARSEMARANG.COM, Sampah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup. Menimbulkan dampak negative menurunkan higienitas dan kualitas lingkungan. Berdasarkan asalnya sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari mahluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Salah satu jenis sampah organik adalah sampah kering yang merupakan bahan organik lain yang kandungan airnya kecil seperti kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering (Sucipto, 2012).
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk, sehingga penanganannya harus cepat dilakukan agar tidak tumbuh belatung dan menyebabkan vektor penyakit. Saat ini masyarakat baru mengenal pengolahan sampah organik menjadi kompos sehingga perlu inovasi baru bentuk pengolahan sampah organik menjadi bentuk lain yang mudah diterapkan di masyarakat. Salah satunya adalah pembuatan eco enzym dari sampah sayuran dan kulit buah.
Eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu) dan air (Dr. Rosukon Poompanvong, 2020). Produk eco enzyme ramah lingkungan yang sangat fungsional, mudah digunakan dan dibuat. Bahan-bahan yang digunakan sederhana. Banyak tersedia di sekitar kita. Pembuatan eco enzyme hanya membutuhkan air, gula merah sebagai sumber karbon, dan sampah organik sayur dan buah. Pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan eco enzyme sangat sesuai untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Sebab jenis sampah organik rumah tangga menempati proporsi paling besar dari total produksi sampah.
Pada saat pandemi Covid-19 seperti ini siswa belajar daring dari rumah. Pembuatan ecoenzim bagi siswa bisa dijadikan alternatif tugas proyek pada materi pengelolaan lingkungan lebih tepatnya tentang materi pengelolaan sampah organik. Pengalaman penulis sebagai guru IPA di SMP Negeri 21 Semarang mencoba memberikan tugas proyek pada siswa kelas VII terkait dengan materi polusi lingkungan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah praktikum. Yakni cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah dalam Hidayati, 2012:4).
Peserta didik diberi kesempatan melakukan kegiatan praktik sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
Belajar praktik secara langsung pembuatan eco enzym tidaklah sulit dilakukan siswa. Pertama menyiapkan kontainer plastik bekas (bisa berupa botol/stoples bekas atau jerrycan) , air, gula (gula merah, molasses) sebagai sumber karbon dan sampah organik sayur dan buah dengan perbandingan 10:1:3. Tambahkan 10 bagian air ke dalam kontainer (isi 60% dari isi kontainer). Tambahkan 1 bagian gula (10% dari jumlah air) dan masukkan 3 bagian dari sampah sayuran atau buah-buahan hingga mencapai 80% dari kontainer.
Setelah itu tutup kontainer selama 3 bulan. Penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi.
Praktik pembuatan eco enzyme sebagai alternatif pembelajaran pengelolaan sampah organik rumah tangga bagi siswa berkaitan dengan merancang skenario pembelajaran meliputi RPP, LK, rubrik penilaian dan menyiapkan materi tentang pengelolaan sampah organik melalui eco enzym dalam bentuk video dan Power Point dan dikirim ke siswa melalui kelas Teams.
Sebelum siswa praktik, guru terlebih dahulu memberi penjelasan materi melalui meeting di kelas Teams selanjutnya siswa mengerjakan tugas mandiri praktik pembuatan eco enzym di rumah masing-masing. Setelah praktik pembuatan eco enzym dan mengerjakan LK sesuai petunjuk, siswa mengirimkan laporan dan paparan hasil kegiatan praktik dalam bentuk video melalui kelas Teams. Pada akhir penilaian, siswa menyelesaikan tes penilaian harian terkait dengan materi pengelolaan sampah melalui google form.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, metode praktikum pembuatan eco enzym dapat dijadikan alternatif pembelajaran pengelolaan sampah organik rumah tangga bagi siswa. (ipa2/lis)
Guru IPA SMP Negeri 21 Semarang