RADARSEMARANG.COM, Pada kompetensi inti mendeskripsikan perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang BPUPKI, siswa yang mencapai KKM masih rendah. Pada kompetensi dasar mendiskripsikan Perumusan Dasar Negara dalam sidang Panitia Sembilan, 35% siswa yang mencapai KKM. Pada kompetensi dasar mendiskripsikan tentang penetapan Pancasila sebagai dasar Negara, 25% siswa yang mencapai KKM. Sementara itu, pada kompetensi dasar menunjukkan semangat komitmen para pendiri negara dalam dan menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara, 20% siswa yang mencapai KKM.
Efektifitas model bermain peran pembelajaran PPKn di SMPN 3 Patebon, kelas VII B semester 1, sebagai sumber belajar mandiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang efisiensi. Model bermain peran sebagai sumber belajar mandiri dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah kemajuan yang lebih baik.
Bermain peran merupakan penerapan pembelajaran berdasarkan pengalaman. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Alasan diterapkan model pembelajaran bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk penanaman dan pengembangan konsep, nilai, moral, dan norma. Hal ini dapat dicapai apabila para peserta didik secara langsung bekerja dan melakukan interaksi satu sama lain dan melakukan pemecahan masalah melalui peragaan. Oleh karena itu, model ini mampu menghasilkan suatu pengalaman yang berharga bagi para peserta didik.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan model bermain peran agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab, dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, merangsang kelas untuk berpikir, dan memecahkan masalah.
Hal yang sangat penting dalam bermain peran adalah situasi masalah, yang biasanya disampaikan secara lisan tetapi dapat juga dikemukakan dalam bentuk lain. Misalnya melalui lembaran-lembaran yang dibagikan kepada peserta didik. Dalam lembaran tersebut dikemukakan perincian langkah-langkah yang akan diperankan lengkap dengan watak pemeran masing-masing.
Model bermain peran mempunyai beberapa kelebihan dan juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain kelebihan model bermain peran. Antara lain siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, dan siswa dapat memupuk bakat sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di sekolah. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya. Selain itu, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang.
Model bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi tujuan pengajaran tidak tercapai. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui model ini. Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.
Asesmen siswa harus diperhatikan terus menerus agar siswa melaksanakan apa yang diinginkan oleh guru sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Peningkatan hasil belajar siswa harus diperhatikan pada setiap perpertemuan agar guru mengetahui pada tahapan yang mana yang perlu diperbaiki oleh guru. (ipa1/ton)
Guru PPKn SMP N 3 Patebon