RADARSEMARANG.COM, Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media, sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Sebagai pendidik dalam melakukan proses pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Guru dalam menyampaikan pembelajaran perlu mengamati kondisi siswa, kebutuhan siswa dan gaya belajar siswa sehingga mampu menentukan model pembelajaran yang tepat dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dalam proses pembelajaran diperlukan kesesuaian antara model pembelajaran dengan cara belajar siswa agar menumbuhkan minat belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pengalaman penulis di SMPN 2 Susukan pada pembelajaran IPA kelas VII semester 2, KD 3.10 Menjelaskan tindakan pengurangan risiko sebelum, pada saat, dan pascabencana sesuai ancaman bencana di daerahnya, pada materi Gempa Bumi dan Pengurangan Risiko Bencananya.
Hasil belajar mata pelajaran IPA materi gempa bumi tergolong rendah, maka perlu meningkatkan kualitas pembelajaran agar hasil belajar meningkat. Sebelumnya penulis menerapkan model pembelajaran yang cenderung didominasi secara auditori, penulis menyampaikan materi dengan ceramah. Siswa yang dihadapi tidak hanya tipe auditori, tetapi ada tipe belajar visual dan kinestetik.
Menerapkan gaya auditori saja, siswa kesulitan memahami materi pembelajaran dan mengekspresikan pengetahuannya dalam bentuk tindakan.
Meminimalisir permasalahan, penulis menerapkan model pembelajaran visual, auditori, kinestetik (VAK) dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar.
Menurut Ngalimun (2013), VAK adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar yaitu visual, auditori dan kinestetik. Model pembelajaran ini memusatkan tiga pilar pokok pemerolehan ilmu, yaitu melalui visual, siswa dapat melihat hal-hal yang sedang di pelajari. Audio, siswa dapat mendengar penjelasan hal-hal yang mereka lihat dan pelajari. Kinestetik, mengajak siswa belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya. Huda (2013: 289) mengatakan VAK merupakan model pembelajaran yang menggunakan dan mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik dengan melibatkan tiga gaya belajar yaitu penglihatan, pendengaran dan gerakan untuk memberi kemampuan yang lebih besar dan mengisi kekurangan yang dimiliki siswa.
Model VAK dirancang dengan langkah-langkah: Kegiatan awal, guru mengondisikan kelas, dilanjutkan mempersiapkan perlengkapan dan media belajar. Siswa diberikan apersepsi dengan pertanyaan terkait materi gempa bumi. Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti ekplorasi, siswa diberikan gambaran awal tentang materi yang akan dipelajari. Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru terkait materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan peraturan selama pembelajaran. Kegiatan elaborasi, guru menayangkan video pembelajaran gempa bumi. Siswa mengamati video pembelajaran. Guru membimbing siswa selama penayangan video. Guru membuat kelompok diskusi. Siswa dibagikan lembar kerja untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep magnetudo, kategori, dan efek dari gempa dan cara penanggulangannya. Guru membimbing siswa mengerjakan lembar kerja diskusi. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan koreksi hasil diskusi siswa. Siswa diberi kesempatan bertanya terkait materi yang belum dipahami. Penutup, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Guru melaksanakan tes sebagai evaluasi pembelajaran.
Penerapan model VAK pada pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung menggunakan indra penglihatan, pendengaran, gerakan dan emosi yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. (ipa1/lis)
Guru IPA SMP N2 Susukan, Kabupaten Semarang