27 C
Semarang
Friday, 11 April 2025

Aksi Ekspesi Solusi Belajar IPA di Masa Pandemi

Oleh : Indah Sukawati, S.Pd M.Si

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Mewabahnya Covid-19 merupakan masalah besar bagi dunia. Terjadi perubahan tatanan kehidupan pada kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Berbagai formula disusun pemerintah, sebagai antisipasi terhentinya proses pembelajaran tatap muka di sekolah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem daring (dalam jaringan) menjadi solusi terbaik yang harus dipilih.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Kurikulum Khusus yang menyikapi pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi. Akhirnya seiring dengan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 018/H/KR/2020 tentang Silabus PJJ khusus Pandemi Covid-19, dan surat edaran Sekjen Kementerian P & K No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, secara serentak pembelajaran tatap muka di sekolah digantikan dengan pembelajaran dalam jaringan (daring).

Pada kenyataan di lapangan pembelajaran daring tidaklah mudah dilaksanakan. Banyak kendala yang dihadapi oleh siswa maupun guru di sekolah. Selain kendala sarana belajar, permasalahan kurangnya peran aktif orang tua sebagai pendamping belajar, dan lemahnya kontrol pembelajaran, menjadikan celah bagi siswa untuk tidak belajar dan berimbas pada penurunan motivasi belajar.
Pelaksanaan tatap muka secara daring melalui ruang video conference (vicon), juga sering tidak dihadiri oleh siswa secara keseluruhan. Belum lagi kegiatan diskusi, presentasi, kolaborasi antar anggota kelompok, dan praktik mandiri, menjadi suatu hal yang sepertinya sulit untuk diwujudkan. Namun guru harus terus berinovasi untuk memunculkan motivasi.

Model aksi ekspresi (skses informasi eksplorasi presentasi dan kolaborasi) dapat menjadi solusi pembelajaran di masa pandemi.. Penerapan aksi ekspresi diharapkan mampu memacu semangat belajar siswa secara daring, karena berisi perpaduan metode pembelajaran yang menggali potensi siswa, dan memaksa siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Alur pembelajaran model aksi ekspresi diawali dengan kegiatan meng-akses informasi tentang pembelajaran dari Whatsapp grup kelas, dan informasi melalui kelas dunia maya seperti Google Classroom atau sejenisnya. Setelah siswa menerima pelajaran dari guru pada tatap muka secara virtual, siswa menerima penugasan untuk melakukan eksplorasi ilmu yang dituangkan dalam gambar. Sebagai contoh pada materi Struktur Bumi, siswa menggambar bagian-bagian lapisan atmosfer, hidrosfer, dan litosfer dengan menggali beberapa sumber dari kelas dunia maya dan internet. Hasil eksplorasi berupa gambar tersebut harus diunggah oleh siswa pada kelas dunia maya sebagai penugasan.

Setelah membuat gambar hasil eksplorasi, siswa wajib melakukan mem-presentasi-kan gambar mereka secara virtual di depan teman-temannya. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan semangat belajar yang tinggi, karena sudah barang tentu siswa ingin tampil prima saat presentasi. Sintak yang terakhir adalah kegiatan kolaborasi virtual, yaitu guru membagi siswa dalam kelompok untuk membuat tugas proyek video struktur bumi. Setiap anggota kelompok yang terdiri dari 3 orang, membuat video masing-masing yang berisi lapisan atmosfer, hidrosfer, dan lithosfer untuk digabung menjadi sebuah video tentang struktur bumi.

Seperti yang kita ketahui, bagi siswa kegiatan mengedit video termasuk aktivitas yang sangat digemari. Maka jadilah video struktur bumi hasil kolaborasi virtual yang penuh kreasi, untuk diunggah pada chanel Youtube. Dan guru dapat mengunduh video tersebut sebagai penilaian tugas proyek. Hasil dari penerapan model aksi ekspresi dipastikan akan meningkatkan nilai hasil belajar secara signifikan, karena kegiatan pembelajaran memunculkan banyak aktivitas belajar. Aksi ekspresi dapat menjadi solusi pembelajaran di masa pandemi. (ipa/lis)

Guru IPA SMP Negeri 34 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya