RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman yang modern. Yang meliputi globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), dan arus informasi yang besar, membuat masyarakat harus paham teknologi dan berpikir kritis. Tuntutan tersebut perlu dilakukanya pembaharuan dalam pendidikan. Namun kenyataannya, pelaksanaan pendidikan di SD Negeri Beji 01, masih memandang bahwa pendidikan hanya sebagai transfer ilmu pengetahuan dari guru berupa teori, hafalan dan rumus yang diberikan kepada peserta didik untuk menjawab soal-soal tes maupun ujian, tetapi sering kali peserta didik tidak mampu menerjemahkannya ke dalam masalah realitas yang ada di sekitarnya.
Menurut Nurseto (2010:9), pendidikan dituntut untuk menyemarakkan program pendidikan yang berjiwa entrepreneur. Pendidikan entrepreneuship harus dimasukkan ke dalam pendidikan anak dimana para orang tua harus mampu mempersiapkan mental, ilmu, dan keterampilan yang memadai pada usia-usia tertentu anaknya.
Di SD Negeri Beji 01, pendidikan entrepreneurship belum diterapkan secara maksimal karena terbatasnya pengetahuan pendidik terkait entrepreneurship. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai terselenggaranya pendidikan entrepreneurship.
Berbagai konsep pelaksanaan edupreneurship di SDN Beji antara lain, pertama, merencanakan program edupreneurship melalui rapat pembahasan program di awal tahun ajaran baru. Pembahasan program dilakukan bersama kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan, komite sekolah, dan wali murid. Kedua, steakholder yang terlibat dalam rapat pembahasan program pendidikan entrepreneurship melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang telah dibuat. Setelah evaluasi dan ditarik kebijakan, program eduprenenurship dimasukkan dalam draft kurikulum. Ketiga, guru membuat dan menjabarkan program eduprenenurship ke dalam RPP agar program eduprenenurship dapat berjalan dengan baik.
Pelaksanaan program edupreneurship dilaksanakan melalui integrasi edupreneurship melalui mata pelajaran, pengembangan diri, ekstrakurikuler dan kultur sekolah. Integrasi pendidikan entrepreneurship (edupreneurship) melalui mata pelajaran dilakukan melalui guru mengindentifikasi materi pelajaran, kemudian memilih nilai entrepreneurship yang akan dikembangkan dalam materi pelajaran. Integrasi pendidikan entrepreneurship melalui pengembangan diri di antaranya melalui bercocok taman.
Walaupun terkendala lahan yang tidak begitu luas, tetapi dapat memanfaatkan sedikit lahan yang dijadikan sebagai green house di belakang kantor sekolah untuk membimbing peserta didik menanam bibit-bibit seperti bibit cabai, terung, tanaman hias dan sebagainya sebagai latihan kemandirian, kreativitas dan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang telah dilakukan. Integrasi pendidikan entrepreneurship melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar mata pelajaran yang bertujuan untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat yang dibutuhkan. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler tari maupun memasak. Dalam hal ini, sekolah dapat bekerja sama dengan wali murid untuk dapat dijadikan sebagai narasumber. Integrasi pendidikan entrepreneurship melalui kegiatan pembiasaan di sekolah. Peserta didik dilatih secara mandiri melaksanakan salat dhuha sendiri maupun berjamaah, salat dzuhur di musala sekitar sekolah, dan bertanggung jawab menata kursi untuk dirinya, teman, maupun wali kelas. Selain itu, sekolah dapat menyediakan mading di kelas maupun di luar kelas sebagai tempat penyajian karya-karya peserta didik sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya dirinya. Dengan adanya berbagai bentuk kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai education entrepreneurship dalam kehidupan sehari-hari. (gb2/ida)
Kepala SDN Beji 01, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang
